Hujan resah
Mengepung Salemba
Ku buka jaket kuning ku dalam kelas
Tiba Tiba kawanku berkata
Hai pemuda ... (harapan)
Jangan kau biarkan sejarah ternoda
Tulislah dengan tinta emas
..... (Chandra Darusman / Chaseiro)
Fenomena penyakit yang menjangkiti umat islam yang oleh sebagian umat bahwa perilaku berghibah dianggap ringan dan tidak berdosa, bahkan bagi sebagian lagi malah cenderung bangga dengan perilaku perilaku semacam ini, padahal sudah sangat jelas bahwa itu dilarang (QS al Hujurat), seolah olah bagi mereka yg bangga dan hati yg tlh diselimuti kedengkian bangga sekali mentang Allah SWT.
Allah Ta’ala telah menyebutkan secara tegas larangan ghibah dalam Al Qur’an dalam firman-Nya (yang artinya), “Dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang diantara kalian memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kalian merasa jijik kepadanya.” (QS. Al Hujurat : 12)
Renungkanlah bahasa yang Allah gunakan dalam ayat ini. Sebuah larangan yang diiringi dengan perumpamaan, sehingga membuat permasalahan ini bertambah besar dan perbuatannya menjadi sangat buruk : “Sukakah salah seorang diantara kalian memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kalian merasa jijik kepadanya.” Memakan daging manusia merupakan perbuatan yang sangat menjijikkan bagi setiap watak dan tabiat, meskipun orang kafir. Kemudian, bagaimana ketika yang dimakan adalah saudara seagama?! Tentu rasa kejijikan akan semakin besar. Bahkan, bagaimana lagi jika yang dimakan itu adalah bangkai yang sudah mati?! (Lihat Kaukabah Al Khutob Al Munifah, Syaikh ‘Abdurrahman AsSudais)
Ghibah yg arti umumnya adalah bergosip/bergunjing ataumembicarakan orang lain yg tdk disukai oleh yg dibicarakan.
Abad ini dimana saat ini dengan perkembangan teknologi informasi yang demikian pesat, mudah serta relatif murah sehingga secara virtual, tidak ada batasan cakupan informasi, dari ujung timur sampai ketemu timur lagi.
Teknologi yg demikian pesat seharusnya digunakan untuk hal hal yg bermanfaat, seperti untuk berdakwah, berbagi ilmu, hanya mirisnya, terjadi pula, kemajuan teknologi digunakan untuk tujuan yg tdk baik. Medsos digunakan untuk menyebar ghibah, menyebar aib. Handphone digunakan untuk hal hal negatif.
Seorang muslim menyadari bahwa dosa dari berghibah sangatlah besar, diibaratkan dosanya seperti berbuat zina di depan ka'bah.
Seorang muslim juga menyadari jika menyebarkan aib atau ghibah melalui teknologi, medsos dan related, dosanya akan terus menerus sekalipun orang yg menyebar ghibah sdh meninggalkan dunia ini.
Tetapi tidak sedikit pula, orang orang yg menentang larangan Allah ini, dengan segala macam alasan alasan dikarenakan oleh nafsu dan penyakit hati serta pengaruh pengaruh negatif yg dijustifikasi, yang sesungguhnya Allah SWT Maha Mengetahui apapun alasannya.
Salah satu nafsu manusia yg sulit dikendalikan adalah hati dan pikiran, terutama jika ada pemicu dan gesekan yg membuat hati dan pikiran semakin liar dan tidak terkendali.
Bahaya berghibah
Ghibah ini sangat berbahaya bagi:
- Diri sendiri
- Orang lain. Membunuh karakter dan masa depan orang lain.
- Persatuan umat.
Kebiasaan berghibah secara pasti dan bertahap akan mengotori hati, menutup hati sehingga kemudian kepekaan hati nurani akan terkikis hingga kehilangan hati nurani sebagai salah satu pembeda manusia dengan mahluk lain.
Juga, kebiasaan berghibah selain menutup hati nurani, juga keimanan semakin menipis dan semakin jauh dari taqwa, merusak tatanan sosial, apalagi tatanan beragama. Dalam salah satu hadist dikatakan orang yang bangkrut di alam akhirat adalah habisnya amal2an baik akibat dosa dari berghibah.
Hasan Al Bashri berkata, “Demi Allah, menggunjing lebih cepat merusak agama seorang mukmin melebihi dari penyakit yang menggerogoti tubuhnya.”.
Dalam salah satu hadist Rasulullah dikatakan bahwa dosa berghibah dapat disamakan dengan dosa berzina dengan ibu/bapak kandung sendiri didepan ka'abah, naudhubillah min dhalik.
Qatadah berkata, “Disebutkan kepada kita bahwa siksa kubur itu terdiri dari tiga perkara : sepertiga dari ghibah, sepertiga dari kencing (tanpa besuci), dan sepertiga dari namimah (mengadu domba)”. Diceritakan, suatu ketika ada seseorang yang sedang menggunjing di hadapan ulama salaf, maka dia menegurnya dan berkata, “Hai kamu! Berhati-hatilah seperti engkau berhati-hati terhadap jilatan anjing” (Ash Shamt, Ibnu Abid Dunya, hal. 129)
Ghibah merupakan perilaku buruk dan berbahaya. Para ulama terdahulu telah menyebutkan tentang bahaya ghibah. Imam AlQurthubi menyebutkan bahwa ghibah itu termasuk dosa besar, sebanding dengan dosa pembunuhan, riba, zina, dan dosa-dosa besar yang lain. (Al Jami’ li Ahkam Al Qur’an, 16/337)
Fenomena saat ini di indonesia adalah tren kejahatan, kemaksiatan semakin meningkat dan salah satu penyebabnya adalah menganggap sangat ringan untuk berghibah bahkan bagi sebagian merukapan hiburan yg dimurkai oleh Allah SWT.
Ghibah menyebabkan hati tidak sensitif dan peka serta tidak peduli. Perasaan halus yg adh menjadi fitrah manusia menjadi hilang.
Ada pula faktor yg menyeruaknya fenomena ghibah ini karena memang disengaja, dipelihara dan mengajaknya, mendistorsi makna dan kebenaran dengan tujuan agar muslim semakin tidak peka, tdk sensitif yg membuat persaudaraan, atau ukhuwah di hancurkan atau dgn kata lain dengan sengaja dan tlh menjadi rencana besar "grand desain" untuk menghancurkan sendi sendi persaudaraan, shg muslim jauh dari agamanya dan saling bermusuhan.
Beberapa Faktor penyebab terjadinya ghibah:
- Wujud pelampiasan emosi dan peluapan kemarahan kepada orang lain yang ada di dalam dadanya. Untuk tujuan itu dia menggunjing, memfitnah atau mengadu domba dengan orang lain.
- Dendam dan kebencian lepada orang lain.
- Keinginan untuk menonjolkan diri dan merendahkan orang lain.
- Karena menyesuaikan diri dengan lingkungan, bergaul serta bersikap manis dalam perkara yg bathil.
- untuk mempakkan keheranannya terhadap maksiat.
- karena hendak mengolok olok, menghina serta merendahkan orang lain
- Menampakkan rasa amarah
- Dengki. org yang menggunjing memiliki rasa hasad/ dengki thp org yg digunjingkannya.
Sifat seperti ini bukanlah akhlak kaum mukminin yang sempurna imannya. Kita memohon kepada Allah Subhanahu wa ta’ala agar menyelamatkan kita dari sifat tersebut.
Fenomena ghibah ini telah menyeruak di seluruh media, bahkan, miris sekali rasanya, anak2 masih jauh dari akil baliq sdh dicekoki sedemikian rupa dgn dilatih untuk ikut ber ghibah, sangat miris, bagaimana jadinya jika sejak kecil sudah dibiasakan untuk mengumbar kedengkian?. Padahal generasi muda adalah harapan bangsa, penegak agama, pemberi kontribusi Islam kembali jaya dan dihadapan Allah SWT, pemuda yang taqwa memiliki kedudukan sangat spesial dan tinggi.
Beberapa cara bertaubat dari ber ghibah:
Ada 2 hal yang harus dilakukan, uttuk dapat menghapus dosa akibat berghibah:
- mohon ampun kepada Allah SWT dengan taubatan nasuha.
- mendatangi orang yang dighibah dan memohon maaf atas perbuatannya tersebut. ini perlu dilakukan karena hubungan horizontal, atau hubungan sesama manusia harus diselesaikan secara horizontal pula.
Dengan menyadari siksa neraka yg demikian pedih, maka tajassus, namimah, ghibah dkk yg termasuk dosa sangat besar ( sekali berghibah, 70 tahun dineraka, apalagi berkali2 dan berantai spt lewat handphone, medsos dkk, naudhubillah min dzalik). 1 hari di neraka = 1000 tahun di bumi. 70 th di neraka = 70.000 th di bumi. Apakah ingin?, tentunya tidak, oleh karenanya jauhi sifat tercela tersebut
Beberapa cara menghindarkan diri dari berghibah:
- Usahakan menggunakan mulut dan lidah dengan berhati-hati.
- Berhati hatilah dalam bicara, jika sudah tahu bahan yang akan dibicarakan tidak baik, maka janganlah dilaksanakan, saking bahaya nya lidah jika digunakan tidak hati hati maka ada ungkapan : mulutmu harimaumu"
- Jika ingin membicarakan kejelekan orang maka ingatlah kebaikannya
- Ingatlah kebaikan orang tersebut, janganlah kejelekannya. Karena manusia tidak ada yang sempurna, jika sedikit salah orang tersebut, janganlah kita langsung menyebarkannya ke muka umum karena hal itu sama saja dengan perilaku Ghibah.
- Membiasakan bergaul dengan orang-orang yang berperilaku baik.
- Jika kita membiasakan bergaul dengan orang-orang yang berperilaku baik, maka otomatis kita sendiri akan terbawa menjadi baik, kita pun akan terhindar dari sifat ghibah, bahkan orang yang tadinya baik bisa saja menjadi nakal karena bergaul dengan orang-orang yang tidak baik
- Membiasakan diri dalam keadaan suci dengan berwudu
- jika kita ingin membeberkan kejelekan orang lain, maka berwudu lah karena setan akan menjauhi diri dari orang-orang yang bersuci
- Melakukan intropeksi diri
- Intropeksi diri dulu sebelum kita ingin membeberkan kejelekan orang lain, karena bisa saja kita jauh lebih buruk dibanding orang tersebut
- Jika ada orang yang melakukan ghibah, maka ingatkan lah
- Ingatkan orang tersebut bahwa dia telah melakukan ghibah, jika dia menentang maka jauhi lah orang itu
Wallahu 'alam.
Semoga kaum muslimin dijauhkan dari perilaku tercela seperti ini, aamiin.
Semoga Bermanfaat.
No comments:
Post a Comment