Thursday, June 27, 2013

7 Kiat Menangkal Virus Ukhuwah

Dalam surat Al Hujurat (QS 49) Allah SWT memaparkan 7 kiat bagi kita untuk menangkal virus-virus ukhuwwah yang bisa menghancurkan shaf ukhuwwah yang telah dibina.

Tabayyun
Tabayyun berarti mencari kejelasan informasi dan mencari bukti kebenaran informasi yang diterima. Allah SWT berfirman:
“Wahai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasiq membawa berita maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.” (QS 49:6)

Adamus Sukhriyyah
Artinya tidak memperolok-olokkan orang atau kelompok lain. Firman Allah
SWT:
“Wahai orang-orang yang beriman janganlah satu kaum memperolok-olokkan kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang memperolok-olokkan).” (QS 49:11)

Berhimpunnya kelompok-kelompok dakwah dan harakah yang ada di bumi sekarang ini adalah suatu mimpi indah. Sebagaimana yang ditulis DR. Yusuf Qardhawi, maka kesatuan wala’ (loyalitas) dan tumbuhnya suasana ta’awun dalam menghadapi konspirasi para thaghut adalah sesuatu yang tidak dapat ditawar lagi. Dan kalaupun hal ini belum terwujud karena ada beberapa hal yang belum bisa kita lakukan, maka tidak mampukah kita sekadar meninggalkan tradisi sukhriyyah dan perasaan ana khairun minhu (saya lebih baik daripadanya) seperti yang dinyatakan iblis???

‘Adamul Lamz
Maksudnya tidak mencela orang lain. Ini ditegaskan dengan firman-Nya:
“Dan janganlah kamu mencela diri sendiri’. Mencela sesama muslim, oleh ayat ini dianggap mencela diri sendiri, sebab pada hakekatnya kaum muslimin dianggap satu kesatuan. Apalagi jika celaan itu adalah masalah status dan standar kebendaan. Allah sendiri menyuruh Rosul dan orang-orang yang mengikutinya untuk bersabar atas segala kekurangan orang-orang mukmin. (lLihat QS, 18:28).

Tarkut Tanabuz
Yakni meninggalkan panggilan dengan sebutan-sebutan yang tidak baik terhadap sesama muslim. Ini berdasarkan firman Allah SWT:
“Dan janganlah kamu saling memanggil dengan sebutan-sebutan (yang buruk).” (QS 49:11)
Tanabuz dalam bentuk yang paling parah adalah berupa pengkafiran terhadap orang yang beriman. Pada kenyataannya masih saja ada orang atau kelompok yang dengan begitu mudahnya menyebut kafir kepada orang yang tidak
tertarik untuk masuk ke dalam kelompok tersebut.

Ijtinabu Katsirin minadzdzan
Allah SWT berfirman:
“Wahai orang-orang yang beriman jauhilah kebanyakan dari prasangka, karena sebagian prasangka itu dosa.” (QS 49:12)
Pada dasarnya seorang muslim harus berbaik sangka terhadap sesamanya, kecuali jika ada bukti yang jelas tentang kesalahan tersebut. Dan sebaliknya, kepada orang kafir dan musuh Islam, kaum muslimin harus menaruh curiga bila mereka bermanis budi. Allah SWT sendiri menegaskan:
“Sesungguhnya orang-orang kafir menginfakkan harta-harta mereka untuk mengahalangi manusia dari jalan Allah.” (QS 8:36)

Adamut Tajassus
‘Adamut Tajassus adalah tidak mencari-cari kesalahan dan aurat orang lain. Perbuatan ini amat dicela Islam. Allah SWT amat suka bila kita berusaha menutup aib saudara kita sendiri. Firman Allah SWT:
“Dan janganlah kamu sekalian mencari-cari kesalahan (dan aurat) orang lain.” (QS 49:12)

Ijtinabul Ghibah
Allah SWT menegaskan:
“Dan janganlah kamu sekalian menggunjing sebagian lain. Sukakah salah seorang diantara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati?…”
Ghibah sebagaimana yang dijelaskan Rasulullah SAW adalah menceritakan keburukan dan kejelekan orang lain. Ketika seseorang menceritakan kejelekan orang lain, maka ada dua kemungkinan yang terjadi. Pertama, jika yang diceritakannya benar-benar terjadi maka itulah ghibah. Kedua, jika yang diceritakannya itu tidak terjadi berarti ia telah memfitnah orang lain.
Begitu besarnya dosa ghibah, sampai Allah SWT menyamakan orang yang melakukannya dengan orang yang memakan bangkai saudaranya sendiri.
Sumber : http://albarokah.or.id/

Monday, June 10, 2013

Jangan Hasad dan Jangan Lemah oleh Hasad


Penyakit berat yang mengancam kehidupan kita adalah hasad atau dengki. Hasad adalah tidak suka dengan kebaikan yang ada pada orang lain, bahkan dia ingin agar kebaikan itu hilang dari orang tersebut.


Dikatakan bahwa pada setiap manusia tidak ada yang sepi dari sifat hasad. Hanya saja ada yang dapat menahannya, tapi ada yang tidak dapat membendungnya. Karena itu kita diperintahkan untuk sering-sering berlindung dari penyakit hasad dan dari orang hasad. Sebab jika hasad sudah bersarang di hati, dari sana lahir berbagai keburukan dan perbuatan nista. Dan orang yang paling rugi atas sifat hasad adalah orang yang hasad itu sendiri. Baik terhadap dirinya, maupun agamanya.


Dalam sejarahnya, pembangkangan dan permusuhan sumbernya adalah hasad. Iblis membangkang kepada Allah, karena hasad terhadap Nabi Adam, mengapa dia yang terbuat dari api bersujud kepada Adam yang terbuat dari tanah (Al-A’raf 12). Qabil membunuh habil karena hasad terhadap saudaranya yang mendapat isteri lebih cantik darinya dan kurbannya diterima sedang dia tidak. Perhatikan bagaimana kejinya perbuatan saudara-saudara Nabi Yusuf kepada adiknya yang masih kecil. Tak lain karena hasad mereka terhadap Nabi Yusuf.


Kaum Yahudi yang hasad terhadap Rasulullah SAW dan bangsa Arab yang mendapatkan kemuliaan akhir kenabian melahirkan sekian banyak perbuatan nista. Abdullah bin Ubay bin Salul yang hasad dengan kemuliaan Rasulullah SAW, menjadikannya sebagai gembong munafik dengan segala perbuatan liciknya. Begitulah seterusnya, hasad tidak pernah sepi dari kehidupan manusia.


Benarlah jika dikatakan bahwa hasad memakan kebaikan, sebagaimana api memakan kayu bakar. Hasad membuat gelap mata, yang tampak hanyalah keburukan orang yang didengki. Tidak sedikitpun kebaikan dia akui, walau sebenarnya banyak. Hasad lahir karena kehidupan yang lebih berorientasi dunia, materi, pamor, popularitas, kedudukan dan jabatan, dan lain-lain.


Hasad dapat menjangkiti siapa saja, tak terkecuali orang yang sedang berada di jalan dakwah sekalipun. Rasulullah SAW tidak khawatir dengan kefakiran umatnya. Dia justeru khawatir ketika pintu-pintu dunia terbuka. Lalu umatnya saling berlomba-lomba mengejar dunia, saling sikut dan saling dengki (HR. Muslim).


Mari periksa lagi diri kita dari sifat hasad berlindunglah kepada Allah dari penyakit yang satu ini. Biasakan melapangkan dada kita terhadap kebaikan-kebaikan yang dimiliki saudara-saudara kita. Bahkan kita ikut gembira dengan kegembiraan mereka. Obat hasad paling mujarab adalah kembali kepada Allah, mengingat kematian dan berharap kemuliaan dariNya serta tidak berorientasi duniawi semata.


Jika ada orang yang hasad terhadap kita, juga jangan terlalu sedih dan galau. Karena orang-orang yang lebih mulia dari kita pun tetap ada yang hasad kepadanya. Berlindunglah kepada Allah dari orang yang hasad. Kemudian tetaplah berjalan di jalan kebaikan. Jangan sekali2 kebaikan kita hentikan karena hasad orang lain. Cukuplah ketenangan, keteguhan serta senyum kita membuat orang yang hasad kian menderita. Penderitaan yang tak berpahala, justeru berdosa.


Jangan balas hasad dengan hasad. Balaslah dengan doa, ucapan baik, dan menebar cinta, kerja dan harmoni. Jangan terlalu berharap orang yang hasad akan berubah. Ini memang jenis penyakit yang sulit dihilangkan. Yang penting diri kita tetap ajeg dan kuat. Kata Mu’awiyah ra: “Semua permusuhan mudah dipadamkan. Kecuali permusuhan yang sumbernya adalah hasad.”




Riyadh, Rajab 1434 H

Ustadz Abdullah Haidir