Monday, June 10, 2013

Jangan Hasad dan Jangan Lemah oleh Hasad


Penyakit berat yang mengancam kehidupan kita adalah hasad atau dengki. Hasad adalah tidak suka dengan kebaikan yang ada pada orang lain, bahkan dia ingin agar kebaikan itu hilang dari orang tersebut.


Dikatakan bahwa pada setiap manusia tidak ada yang sepi dari sifat hasad. Hanya saja ada yang dapat menahannya, tapi ada yang tidak dapat membendungnya. Karena itu kita diperintahkan untuk sering-sering berlindung dari penyakit hasad dan dari orang hasad. Sebab jika hasad sudah bersarang di hati, dari sana lahir berbagai keburukan dan perbuatan nista. Dan orang yang paling rugi atas sifat hasad adalah orang yang hasad itu sendiri. Baik terhadap dirinya, maupun agamanya.


Dalam sejarahnya, pembangkangan dan permusuhan sumbernya adalah hasad. Iblis membangkang kepada Allah, karena hasad terhadap Nabi Adam, mengapa dia yang terbuat dari api bersujud kepada Adam yang terbuat dari tanah (Al-A’raf 12). Qabil membunuh habil karena hasad terhadap saudaranya yang mendapat isteri lebih cantik darinya dan kurbannya diterima sedang dia tidak. Perhatikan bagaimana kejinya perbuatan saudara-saudara Nabi Yusuf kepada adiknya yang masih kecil. Tak lain karena hasad mereka terhadap Nabi Yusuf.


Kaum Yahudi yang hasad terhadap Rasulullah SAW dan bangsa Arab yang mendapatkan kemuliaan akhir kenabian melahirkan sekian banyak perbuatan nista. Abdullah bin Ubay bin Salul yang hasad dengan kemuliaan Rasulullah SAW, menjadikannya sebagai gembong munafik dengan segala perbuatan liciknya. Begitulah seterusnya, hasad tidak pernah sepi dari kehidupan manusia.


Benarlah jika dikatakan bahwa hasad memakan kebaikan, sebagaimana api memakan kayu bakar. Hasad membuat gelap mata, yang tampak hanyalah keburukan orang yang didengki. Tidak sedikitpun kebaikan dia akui, walau sebenarnya banyak. Hasad lahir karena kehidupan yang lebih berorientasi dunia, materi, pamor, popularitas, kedudukan dan jabatan, dan lain-lain.


Hasad dapat menjangkiti siapa saja, tak terkecuali orang yang sedang berada di jalan dakwah sekalipun. Rasulullah SAW tidak khawatir dengan kefakiran umatnya. Dia justeru khawatir ketika pintu-pintu dunia terbuka. Lalu umatnya saling berlomba-lomba mengejar dunia, saling sikut dan saling dengki (HR. Muslim).


Mari periksa lagi diri kita dari sifat hasad berlindunglah kepada Allah dari penyakit yang satu ini. Biasakan melapangkan dada kita terhadap kebaikan-kebaikan yang dimiliki saudara-saudara kita. Bahkan kita ikut gembira dengan kegembiraan mereka. Obat hasad paling mujarab adalah kembali kepada Allah, mengingat kematian dan berharap kemuliaan dariNya serta tidak berorientasi duniawi semata.


Jika ada orang yang hasad terhadap kita, juga jangan terlalu sedih dan galau. Karena orang-orang yang lebih mulia dari kita pun tetap ada yang hasad kepadanya. Berlindunglah kepada Allah dari orang yang hasad. Kemudian tetaplah berjalan di jalan kebaikan. Jangan sekali2 kebaikan kita hentikan karena hasad orang lain. Cukuplah ketenangan, keteguhan serta senyum kita membuat orang yang hasad kian menderita. Penderitaan yang tak berpahala, justeru berdosa.


Jangan balas hasad dengan hasad. Balaslah dengan doa, ucapan baik, dan menebar cinta, kerja dan harmoni. Jangan terlalu berharap orang yang hasad akan berubah. Ini memang jenis penyakit yang sulit dihilangkan. Yang penting diri kita tetap ajeg dan kuat. Kata Mu’awiyah ra: “Semua permusuhan mudah dipadamkan. Kecuali permusuhan yang sumbernya adalah hasad.”




Riyadh, Rajab 1434 H

Ustadz Abdullah Haidir

No comments:

Post a Comment