Penyakit
berat yang mengancam kehidupan kita adalah hasad atau dengki. Hasad adalah
tidak suka dengan kebaikan yang ada pada orang lain, bahkan dia ingin agar
kebaikan itu hilang dari orang tersebut.
Dikatakan
bahwa pada setiap manusia tidak ada yang sepi dari sifat hasad. Hanya saja ada
yang dapat menahannya, tapi ada yang tidak dapat membendungnya. Karena itu kita
diperintahkan untuk sering-sering berlindung dari penyakit hasad dan dari orang
hasad. Sebab jika hasad sudah bersarang di hati, dari sana lahir berbagai
keburukan dan perbuatan nista. Dan orang yang paling rugi atas sifat hasad
adalah orang yang hasad itu sendiri. Baik terhadap dirinya, maupun agamanya.
Dalam
sejarahnya, pembangkangan dan permusuhan sumbernya adalah hasad. Iblis
membangkang kepada Allah, karena hasad terhadap Nabi Adam, mengapa dia yang
terbuat dari api bersujud kepada Adam yang terbuat dari tanah (Al-A’raf 12).
Qabil membunuh habil karena hasad terhadap saudaranya yang mendapat isteri
lebih cantik darinya dan kurbannya diterima sedang dia tidak. Perhatikan
bagaimana kejinya perbuatan saudara-saudara Nabi Yusuf kepada adiknya yang
masih kecil. Tak lain karena hasad mereka terhadap Nabi Yusuf.
Kaum
Yahudi yang hasad terhadap Rasulullah SAW dan bangsa Arab yang mendapatkan
kemuliaan akhir kenabian melahirkan sekian banyak perbuatan nista. Abdullah bin
Ubay bin Salul yang hasad dengan kemuliaan Rasulullah SAW, menjadikannya
sebagai gembong munafik dengan segala perbuatan liciknya. Begitulah seterusnya,
hasad tidak pernah sepi dari kehidupan manusia.
Benarlah
jika dikatakan bahwa hasad memakan kebaikan, sebagaimana api memakan kayu
bakar. Hasad membuat gelap mata, yang tampak hanyalah keburukan orang yang
didengki. Tidak sedikitpun kebaikan dia akui, walau sebenarnya banyak. Hasad
lahir karena kehidupan yang lebih berorientasi dunia, materi, pamor,
popularitas, kedudukan dan jabatan, dan lain-lain.
Hasad
dapat menjangkiti siapa saja, tak terkecuali orang yang sedang berada di jalan
dakwah sekalipun. Rasulullah SAW tidak khawatir dengan kefakiran umatnya. Dia
justeru khawatir ketika pintu-pintu dunia terbuka. Lalu umatnya saling
berlomba-lomba mengejar dunia, saling sikut dan saling dengki (HR. Muslim).
Mari
periksa lagi diri kita dari sifat hasad berlindunglah kepada Allah dari
penyakit yang satu ini. Biasakan melapangkan dada kita terhadap
kebaikan-kebaikan yang dimiliki saudara-saudara kita. Bahkan kita ikut gembira
dengan kegembiraan mereka. Obat hasad paling mujarab adalah kembali kepada
Allah, mengingat kematian dan berharap kemuliaan dariNya serta tidak
berorientasi duniawi semata.
Jika
ada orang yang hasad terhadap kita, juga jangan terlalu sedih dan galau. Karena
orang-orang yang lebih mulia dari kita pun tetap ada yang hasad kepadanya.
Berlindunglah kepada Allah dari orang yang hasad. Kemudian tetaplah berjalan di
jalan kebaikan. Jangan sekali2 kebaikan kita hentikan karena hasad orang lain.
Cukuplah ketenangan, keteguhan serta senyum kita membuat orang yang hasad kian menderita.
Penderitaan yang tak berpahala, justeru berdosa.
Jangan
balas hasad dengan hasad. Balaslah dengan doa, ucapan baik, dan menebar cinta,
kerja dan harmoni. Jangan terlalu berharap orang yang hasad akan berubah. Ini
memang jenis penyakit yang sulit dihilangkan. Yang penting diri kita tetap ajeg
dan kuat. Kata Mu’awiyah ra: “Semua permusuhan mudah dipadamkan. Kecuali
permusuhan yang sumbernya adalah hasad.”
Riyadh,
Rajab 1434 H
Ustadz
Abdullah Haidir
No comments:
Post a Comment