Saturday, May 30, 2015

Bahaya Berghibah dan Cara Mengatasinya

......
Hujan resah
Mengepung Salemba
Ku buka jaket kuning ku dalam kelas
Tiba Tiba kawanku berkata
Hai pemuda ... (harapan)
Jangan kau biarkan sejarah ternoda
Tulislah dengan tinta emas
..... (Chandra Darusman / Chaseiro)

Fenomena penyakit yang menjangkiti umat islam yang oleh sebagian umat bahwa perilaku berghibah dianggap ringan dan tidak berdosa, bahkan bagi sebagian lagi malah cenderung bangga dengan perilaku perilaku semacam ini, padahal sudah sangat jelas bahwa itu dilarang (QS al Hujurat), seolah olah bagi mereka yg bangga dan hati yg tlh diselimuti kedengkian bangga sekali mentang Allah SWT.

Allah Ta’ala telah menyebutkan secara tegas larangan ghibah dalam Al Qur’an dalam firman-Nya (yang artinya), “Dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang diantara kalian memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kalian merasa jijik kepadanya.” (QS. Al Hujurat : 12)

Renungkanlah bahasa yang Allah gunakan dalam ayat ini. Sebuah larangan yang diiringi dengan perumpamaan, sehingga membuat permasalahan ini bertambah besar dan perbuatannya menjadi sangat buruk : “Sukakah salah seorang diantara kalian memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kalian merasa jijik kepadanya.” Memakan daging manusia merupakan perbuatan yang sangat menjijikkan bagi setiap watak dan tabiat, meskipun orang kafir. Kemudian, bagaimana ketika yang dimakan adalah saudara seagama?! Tentu rasa kejijikan akan semakin besar. Bahkan, bagaimana lagi jika yang dimakan itu adalah bangkai yang sudah mati?! (Lihat Kaukabah Al Khutob Al Munifah, Syaikh ‘Abdurrahman AsSudais)

Ghibah yg arti umumnya adalah bergosip/bergunjing ataumembicarakan orang lain yg tdk disukai oleh yg dibicarakan.

Abad ini dimana saat ini dengan perkembangan teknologi informasi yang demikian pesat, mudah serta relatif murah sehingga secara virtual, tidak ada batasan cakupan informasi, dari ujung timur sampai ketemu timur lagi.

Teknologi yg demikian pesat seharusnya digunakan untuk hal hal yg bermanfaat, seperti untuk berdakwah, berbagi ilmu, hanya mirisnya, terjadi pula, kemajuan teknologi digunakan untuk tujuan yg tdk baik. Medsos digunakan untuk menyebar ghibah, menyebar aib. Handphone digunakan untuk hal hal negatif.

Seorang muslim menyadari bahwa dosa dari berghibah sangatlah besar, diibaratkan dosanya seperti berbuat zina di depan ka'bah.

Seorang muslim juga menyadari jika menyebarkan aib atau ghibah melalui teknologi, medsos dan related, dosanya akan terus menerus sekalipun orang yg menyebar ghibah sdh meninggalkan dunia ini.

Tetapi tidak sedikit pula, orang orang yg menentang larangan Allah ini, dengan segala macam alasan alasan dikarenakan oleh nafsu dan penyakit hati serta pengaruh pengaruh negatif yg dijustifikasi, yang sesungguhnya Allah SWT Maha Mengetahui apapun alasannya.

Salah satu nafsu manusia yg sulit dikendalikan adalah hati dan pikiran, terutama jika ada pemicu dan gesekan yg membuat hati dan pikiran semakin liar dan tidak terkendali.

Bahaya berghibah

Ghibah ini sangat berbahaya bagi:

  • Diri sendiri
  • Orang lain. Membunuh karakter dan masa depan orang lain.
  • Persatuan umat.

Kebiasaan berghibah secara pasti dan bertahap akan mengotori hati, menutup hati sehingga kemudian kepekaan hati nurani akan terkikis hingga kehilangan hati nurani sebagai salah satu pembeda manusia dengan mahluk lain.

Juga, kebiasaan berghibah selain menutup hati nurani, juga keimanan semakin menipis dan semakin jauh dari taqwa, merusak tatanan sosial, apalagi tatanan beragama. Dalam salah satu hadist dikatakan orang yang bangkrut di alam akhirat adalah habisnya amal2an baik akibat dosa dari berghibah.

Hasan Al Bashri berkata, “Demi Allah, menggunjing lebih cepat merusak agama seorang mukmin melebihi dari penyakit yang menggerogoti tubuhnya.”.

Dalam salah satu hadist Rasulullah dikatakan bahwa dosa berghibah dapat disamakan dengan dosa berzina dengan ibu/bapak kandung sendiri didepan ka'abah, naudhubillah min dhalik.

Qatadah berkata, “Disebutkan kepada kita bahwa siksa kubur itu terdiri dari tiga perkara : sepertiga dari ghibah, sepertiga dari kencing (tanpa besuci), dan sepertiga dari namimah (mengadu domba)”. Diceritakan, suatu ketika ada seseorang yang sedang menggunjing di hadapan ulama salaf, maka dia menegurnya dan berkata, “Hai kamu! Berhati-hatilah seperti engkau berhati-hati terhadap jilatan anjing” (Ash Shamt, Ibnu Abid Dunya, hal. 129)
Ghibah merupakan perilaku buruk dan berbahaya. Para ulama terdahulu telah menyebutkan tentang bahaya ghibah. Imam AlQurthubi menyebutkan bahwa ghibah itu termasuk dosa besar, sebanding dengan dosa pembunuhan, riba, zina, dan dosa-dosa besar yang lain. (Al Jami’ li Ahkam Al Qur’an, 16/337)

Fenomena saat ini di indonesia adalah tren kejahatan, kemaksiatan semakin meningkat dan salah satu penyebabnya adalah menganggap sangat ringan untuk berghibah bahkan bagi sebagian merukapan hiburan yg dimurkai oleh Allah SWT.

Ghibah menyebabkan hati tidak sensitif dan peka serta tidak peduli. Perasaan halus yg adh menjadi fitrah manusia menjadi hilang.

Ada pula faktor yg menyeruaknya fenomena ghibah ini karena memang disengaja, dipelihara dan mengajaknya, mendistorsi makna dan kebenaran dengan tujuan agar muslim semakin tidak peka, tdk sensitif yg membuat persaudaraan, atau ukhuwah di hancurkan atau dgn kata lain dengan sengaja dan tlh menjadi rencana besar "grand desain" untuk menghancurkan sendi sendi persaudaraan, shg muslim jauh dari agamanya dan saling bermusuhan.

Beberapa Faktor penyebab terjadinya ghibah:

  • Wujud pelampiasan emosi dan peluapan kemarahan kepada orang lain yang ada di dalam dadanya. Untuk tujuan itu dia menggunjing, memfitnah atau mengadu domba dengan orang lain.
  • Dendam dan kebencian lepada orang lain.
  • Keinginan untuk menonjolkan diri dan merendahkan orang lain.
  • Karena menyesuaikan diri dengan lingkungan, bergaul serta bersikap manis dalam perkara yg bathil.
  • untuk mempakkan keheranannya terhadap maksiat.
  • karena hendak mengolok olok, menghina serta merendahkan orang lain
  • Menampakkan rasa amarah
  • Dengki. org yang menggunjing memiliki rasa hasad/ dengki thp org yg digunjingkannya.

Sifat seperti ini bukanlah akhlak kaum mukminin yang sempurna imannya. Kita memohon kepada Allah Subhanahu wa ta’ala agar menyelamatkan kita dari sifat tersebut.

Fenomena ghibah ini telah menyeruak di seluruh media, bahkan, miris sekali rasanya, anak2 masih jauh dari akil baliq sdh dicekoki sedemikian rupa dgn dilatih untuk ikut ber ghibah, sangat miris, bagaimana jadinya jika sejak kecil sudah dibiasakan untuk mengumbar kedengkian?. Padahal generasi muda adalah harapan bangsa, penegak agama, pemberi kontribusi Islam kembali jaya dan dihadapan Allah SWT, pemuda yang taqwa memiliki kedudukan sangat spesial dan tinggi.

Beberapa cara bertaubat dari ber ghibah:

Ada 2 hal yang harus dilakukan, uttuk dapat menghapus dosa akibat berghibah:

  • mohon ampun kepada Allah SWT dengan taubatan nasuha.
  • mendatangi orang yang dighibah dan memohon maaf atas perbuatannya tersebut. ini perlu dilakukan karena hubungan horizontal, atau hubungan sesama manusia harus diselesaikan secara horizontal pula.
Selain itu harus menyadari bahwa siksa neraka sangat pedih. Bbrp ulama menyatakan bahwa sedemikian dahsyatnya neraka tsb, bahkan jika seseorang hanya bermimpi dlm tidurnya masuk neraka, begitu bangun seluruh tubuhnya hangus.

Dengan menyadari siksa neraka yg demikian pedih, maka tajassus, namimah, ghibah dkk yg termasuk dosa sangat besar ( sekali berghibah, 70 tahun dineraka, apalagi berkali2 dan berantai spt lewat handphone, medsos dkk, naudhubillah min dzalik). 1 hari di neraka = 1000 tahun di bumi. 70 th di neraka = 70.000 th di bumi. Apakah ingin?, tentunya tidak, oleh karenanya jauhi sifat tercela tersebut

Beberapa cara menghindarkan diri dari berghibah:

  • Usahakan menggunakan mulut dan lidah dengan berhati-hati.
  • Berhati hatilah dalam bicara, jika sudah tahu bahan yang akan dibicarakan tidak baik, maka janganlah dilaksanakan, saking bahaya nya lidah jika digunakan tidak hati hati maka ada ungkapan : mulutmu harimaumu"
  • Jika ingin membicarakan kejelekan orang maka ingatlah kebaikannya
  • Ingatlah kebaikan orang tersebut, janganlah kejelekannya. Karena manusia tidak ada yang sempurna, jika sedikit salah orang tersebut, janganlah kita langsung menyebarkannya ke muka umum karena hal itu sama saja dengan perilaku Ghibah.
  • Membiasakan bergaul dengan orang-orang yang berperilaku baik.
  • Jika kita membiasakan bergaul dengan orang-orang yang berperilaku baik, maka otomatis kita sendiri akan terbawa menjadi baik, kita pun akan terhindar dari sifat ghibah, bahkan orang yang tadinya baik bisa saja menjadi nakal karena bergaul dengan orang-orang yang tidak baik
  • Membiasakan diri dalam keadaan suci dengan berwudu
  • jika kita ingin membeberkan kejelekan orang lain, maka berwudu lah karena setan akan menjauhi diri dari orang-orang yang bersuci
  • Melakukan intropeksi diri
  • Intropeksi diri dulu sebelum kita ingin membeberkan kejelekan orang lain, karena bisa saja kita jauh lebih buruk dibanding orang tersebut
  • Jika ada orang yang melakukan ghibah, maka ingatkan lah
  • Ingatkan orang  tersebut bahwa dia telah melakukan ghibah, jika dia menentang maka jauhi lah orang itu
Perlu dipahami pula, bahwa Allah SWT pemilik alam semesta dan Maha Mengetahui Segala sesuatu, sehingga tidak ada satu mahlukpun yang luput dihadapanNya, sembunyi dariNya, tidak dapat beralasan, mencari pembenaran atas perbuatannya, Dengan memahami ini, maka insya Allah perbuatan kita semakin hari akan semakin baik dan terkontrol dengan sendirinya. Islam adalah pemberi rahmat kepada alam semesta.

Wallahu 'alam.

Semoga kaum muslimin dijauhkan dari perilaku tercela seperti ini, aamiin.

Semoga Bermanfaat.

Wednesday, January 28, 2015

Adab Bertetangga

Semua amalan/perbuatan diawali dengan niat dan Allah SWT Maha Mengetahui, perbuatan secara terang terangan, sembunyi sembunyi ataupun yang ada di dalam hati. Sekalipun orang tersebut lupa, Allah Maha menyaksikan segala sesuatu. Oleh karenanya tidak ada yang dapat disembunyikan dari Allah SWT dan akan dihitung amalan kelak di pengadilan Akbar.

Allah SWT berfirman:  "Dan Dialah Allah (yang disembah) di langit dan di bumi. Dia mengetahui yang kamu rahasiakan dan yang kamu nyatakan dan mengetahui apa yang kamu usahakan. QS al aan'aam:3.

Jika ada tetangga yg memiliki sifat kurang baik atau sering kali melanggar norma adab bertetangga, sekali pun sdh berkali kali di tegur , seperti misalkan tetangga tersebut suka menguping, bahkan menghasut, berghibah, atau yg lbh parah lagi, suka mengganggu dgn berbagai cara, atau bahkan merusak properti tetangganya, mungkin cara pertama adalah beri nasehat dan ajak utk introspeksi diri, walaupun biasanya org yg punya sifat buruk tersebut Akan selalu menyalahkan org lain Dan tdk pernah berani utk introspeksi diri sendiri, selain itu juga karena mengetahui bahwa perbuatan tersebut adalah perbuatan iblis. Jalan keluar terakhir adalah pindah ke lingkungan yg lbh islami, krn biasanya tetangga yg punya sifat buruk tersebut akan Terus menerus melakukan kejahatannya Dan berakselerasi, dan bisa jadi di dukung oleh org lain atau saling tolong menolong dalam kebathilan, atau paling tidak terjadi pembiaran.

Tetangga yg suka mengganggu tsb kecenderungannya punya hati yg kotor dan mudah terhasut dan dikarenakan suka menghasut pula. Sebenarnya sungguh seharusnya kita Ikut prihatin dgn perilalu tsb, yg dpt berarti sdh tdk punya malu melakukannya kejahatan2 tsb, semua tindakannya dianggap ringan, Tanpa merasa berdosa, pandai berdalih, mencari segala macam alasan, pdhl sdh tahu bahwa Allah SWT Maha Mengetahui dan tidak dapat dibohongi.

Hak dan kedudukan tetangga bagi seorang muslim sangatlah besar dan mulia. Sampai-sampai sikap terhadap tetangga dijadikan sebagai indikasi keimanan. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيُكْرِمْ جَارَهُ

Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaknya ia muliakan tetangganya” (HR. Bukhari 5589, Muslim 70)

Anjuran Berbuat Baik Kepada Tetangga
Karena demikian penting dan besarnya kedudukan tetangga bagi seorang muslim, Islam pun memerintahkan ummatnya untuk berbuat baik terhadap tetangga. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya) :

وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا ۖ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَبِذِي الْقُرْبَىٰ وَالْيَتَامَىٰ وَالْمَسَاكِينِ وَالْجَارِ ذِي الْقُرْبَىٰ وَالْجَارِ الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ بِالْجَنْبِ وَابْنِ السَّبِيلِ وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ ۗ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ مَنْ كَانَ مُخْتَالًا فَخُورًا

Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang memiliki hubungan kerabat dan tetangga yang bukan kerabat, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri” (QS. An Nisa: 36)

Keindahan Islam: Segala Amal perbuatan dimulai dari niatnya, oleh karenanya perbarui niatnya. Karena Allah Subhana Wa Ta' alla Maha mengetahui Segalanya termasuk perbuatan atau pun yg disembunyikanya.

Syaikh Abdurrahman As Sa’di menjelaskan ayat ini: “Tetangga yang lebih dekat tempatnya, lebih besar haknya. Maka sudah semestinya seseorang mempererat hubungannya terhadap tetangganya, dengan memberinya sebab-sebab hidayah, dengan sedekah, dakwah, lemah-lembut dalam perkataan dan perbuatan serta tidak memberikan gangguan baik berupa perkataan dan perbuatan” (Tafsir As Sa’di, 1/177)

Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam juga bersabda:

خَيْرُ اْلأَصْحَابِ عِنْدَ اللهِ خَيْرُهُمْ لِصَاحِبِهِ ، وَخَيْرُ الْـجِيْرَانِ عِنْدَ اللهِ خَيْرُهُمْ لِـجَارِهِ

Sahabat yang paling baik di sisi Allah adalah yang paling baik sikapnya terhadap sahabatnya. Tetangga yang paling baik di sisi Allah adalah yang paling baik sikapnya terhadap tetangganya” (HR. At Tirmidzi 1944, Abu Daud 9/156, dinilai shahih oleh Al Albani dalam Silsilah Ash Shahihah 103)
Maka jelas sekali bahwa berbuat baik terhadap tetangga adalah akhlak yang sangat mulia dan sangat ditekankan penerapannya, karena diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya.

Ancaman Atas Sikap Buruk Kepada Tetangga

Disamping anjuran, syariat Islam juga mengabarkan kepada kita ancaman terhadap orang yang enggan dan lalai dalam berbuat baik terhadap tetangga. Bahkan Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam menafikan keimanan dari orang yang lisannya kerap menyakiti tetangga. Beliau Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

وَاللهِ لَا يُؤْمِنُ ، وَاللهِ لَا يُؤْمِنُ ، وَاللهِ لَا يُؤْمِنُ . قِيْلَ: وَ مَنْ يَا رَسُوْلَ اللهِ؟ قَالَ: الَّذِيْ لَا يَأْمَنُ جَارُهُ بَوَائِقَهُ

Demi Allah, tidak beriman, tidak beriman, tidak beriman. Ada yang bertanya: ‘Siapa itu wahai Rasulullah?’. Beliau menjawab: ‘Orang yang tetangganya tidak aman dari bawa’iq-nya (kejahatannya)‘” (HR. Bukhari 6016, Muslim 46).

Syaikh Ibnu Utsaimin menjelaskan: “Bawa’iq maksudnya culas, khianat, zhalim dan jahat. Barangsiapa yang tetangganya tidak aman dari sifat itu, maka ia bukanlah seorang mukmin. Jika itu juga dilakukan dalam perbuatan, maka lebih parah lagi. Hadits ini juga dalil larangan menjahati tetangga, baik dengan perkataan atau perbuatan. Dalam bentuk perkataan, yaitu tetangga mendengar hal-hal yang membuatnya terganggu dan resah”. Beliau juga berkata: ”Jadi, haram hukumnya mengganggu tetangga dengan segala bentuk gangguan. Jika seseorang melakukannya, maka ia bukan seorang mukmin, dalam artian ia tidak memiliki sifat sebagaimana sifat orang mukmin dalam masalah ini” (Syarh Riyadhis Shalihin, 3/178)
 [yulian purnama/summary - red.]

Sunday, January 25, 2015

Peranan Niat dalam Islam

Pada masa sekarang ini, konsep niat seringkali di abaikan atau dilupakan, Allah SWT melalui rasulNya yang sangat amanah ini mengajarkan kepada manusia bahwa semua tindakan dilakukan berdasarkan niatnya. Dengan niat, tercermin baik buruknya niat tersebut, lebih terkontrol, menjadi lebih terukur, lebih fokus dan insya Allah dengan niat baik tersebut melahirkan kemauan dan usaha yang optimal dalam meraihnya.
Salah satu keindahan islam yang sangat fundamental adalah peranan NIAT yang selalu menjadi landasan utama bukan hanya pada saat melaksanakan ritual ibadah melainkan tercemin dalam kehidupan sehari hari, koridor bagi segala amalan/tindakan. Sholat di mulai dengan niat, puasa dimulai dengan niat dan seterusnya. Hal ini pula, karena Allah SWT Maha Mengetahui, maka keterlibatan, korelasi antara niat dan amalan menjadi standar dalam menilai amalan baik/buruk manusia selama di dunia.

Rasulullah SAW bersabda: "Sesungguhnya setiap perbuatan itu harus diawali dengan niat, dan sesungguhnya setiap perbuatan bergantung pada yang diniatkan." (HR. Bukhori dan Muslim)
Niat tidak dapat dimanipulasi, karena sangat jujur, sedangkan tujuan yang dikemukakan dari perbuatan/amalan manusia sangat mudah disembunyikan dan di pelintir atau dimanupulasi. Mengetahui dan memahami niat seseorang bukanlah hak orang lain, melainkan hak dari yg punya niat dan haknya Allah SWT semata.

Dalam kehidupan sehari-hari niat yang benar dapat mempengaruhi suatu perkara mubah menjadi suatu ibadah. Misalnya orang yang niat makan agar memperoleh kekuatan untuk melaksanakan ibadah dan orang yang istirahat setelah seharian bekerja lalu niat tidur agar diesok hari dapat melaksanakan sholat shubuh.
Syarat dari konsekuensi niat adalah melaksanakannya dengan amalan nyata, misalnya orang yang mencari ilmu dan komitmen didalamnya, maka niatnya tersebut adalah bagaimana mendapatkan ilmu tersebut dengan mengamalkan dan memahaminya, jika tidak melaksanakan hal itu dengan perilaku nyata dan penuh ketekunan, maka niat mencari ilmu tersebut sia-sia. Dan juga perilaku lainnya dapat disandarkan dengan niat mendapat ridlo dari Allah.
Jika niat itu diterapkan pada tempatnya, maka pasti akan di ridhoi olehNya, dan dampak yang didapat dari baiknya dan kuatnya niat tersebut untuk diri sendiri adalah terhindar dari sifat sombong, sifat ego sehingga akan selalu tawa'du, suhud dan sabar dalam proses pencapaiannya.
Jika melihat biografi orang orang yang sukses, semuanya pasti di mulai dengan niat baik dan untuk kemasalahatan ummat, contohnya: Google, para founder nya berniat untuk membantu dan memudahkan orang orang yang mencari informasi denga cepat dan tepat, demikian pulan dengan Thomas A Edison, Einstein, founder Facebook, ataupun Apple, Microsoft, Al Ghazali, Ibnu Sina, Ibnu Batutah, Abu Bakar Muhammad bin Zakaria ar-Razi, Ibnu Haitham, Abu Musa Jabir bin Hayyan / Jabir Ibnu Hayyan, Ibnu Ishak Al-Kindi, Abul Hakam Umar bin Abdurrahman bin Ahmad bin Ali Al-Kirmani, Abul Qasim Khalaf ibn al-Abbas az-Zahrawi, Abu Mansyur Almaturiddi, Ibnu Rushd, Abu Raihan Al-Biruni, Muhammad Ibnu Musa Al-Khawarizmi dan lain lain. Oleh karenanya, kiat sukses dalam hidup adalah niatkan untuk kemasalahatan umat, untuk Islam yang kemudian dijabarkan dalam tindakan yang nyata, kuat dan tepat dari niat tersebut yang insya Allah akan di ridhoi olehNya.

Oleh karena makna niat itu sangat penting dan menjadi landasan Islam, maka seharusnya dalam setiap tindakan harus selalu me-review niat kita dan selalu memperbaiki niat kita. Dan yang utama lainnya adalah, jika akan melakukan sesuatu baik itu utk berbisnis, bekerja. studi, mendidik, mengasuh dan lain sebagainya, sebaiknya diniatkan untuk Islam, membantu masyarakat, memelihara alam dan lain sebagainya, bukan untuk kepentingan diri sendiri semata dan muslim bukan hanya bermanfaat bagi muslim saja, tetapi bagi non muslim dan alam semesta.

Mereka mereka tersebut mempunyai visi yang sangat jelas dengan niat utk kemashalatan umat sehingga membangun kemauan yang sangat kuat, oleh karenanya, siapapun dan apapun agama mereka tersebut, niat dari mereka tersebut dikabulkan oleh Allah SWT.
Oleh karenanya mari kita bercermin, setiap tindakan kita apakah dilandaskan pada niat baik?, dan Allah SWT Maha Mengetahui, dan segala tindakan perbuatan, sebesar zarrah sekalipun akan diperhitungkan kelak pada pengadilan Akbar di padang mashar kelak. QS 99: 7-8:

" Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya "
" Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula "
Mari kita bersama, berjuang dalam kebaikan dan memberikan dampak positif bahwa Islam memberikan rahmat bagi seluruh alam.

Semoga Bermanfaat
Wassalam

Sunday, January 18, 2015

Terulang kembali: Kartun Menghina Rasulullah SAW

Baru baru ini terulang di kembali penerbitan kartun yg menghina Rasulullah SAW, sangat sistematis dengan timing yang tepat, sehingga mendapat dukungan dan simpati dunia, padahal kejadian sebelumnya adalah kasus yg berbeda (kejadian penembakan kantor penerbitan di perancis - lihat note).

Tidak lelah-lelahnya mereka mencari celah untuk menghina Rasulullah SAW, sementara disisi Islam, Islam sangat menghormati dan memuliakan Rasul, nabi serta dilarang untuk mencela agama lain. Itulah toleransi yg sangat tinggi dari Islam, yang banyak dari pihak lain menuntut agar lebih toleran, sekalipun nabi Muhammad dihina. Standard ganda mereka terapkan. Al Quran, di surah Al Humazah, jelas dikatakan mereka yg suka mengolok olok (agama) Akan diletakkan di dalam neraka huthamah.

Rasulullah pernah berdoa saat beliau dihujani batu saat beliau berdakwah di Thaif:
 
Ya Allah, kepada-Mu juga aku mengadu kelemahan kekuatanku, kekurangan daya upayaku dan kehinaanku di hadapan manusia.  Wahai Yang paling Pengasih diantara para pengasih, Engkau adalah Rabb orang-orang yang lemah dan Engkaulah Rabb-ku kepada siapa hendak Engkau serahkan diriku kepada orang jauh yang bermuka masam kepadaku, ataukah kepada musuh yang akan menguasai urusanku ? asalkan Engkau tidak murka kepadaku, aku tidak peduli, sebab sungguh teramat luas afiat yang Engkau limpahkan kepadaku. Aku berlindung dari cahaya wajahMu yang menyinari segala kegelapan dan yang karenanya urusan dunia dan akhirat menjadi baik, agar Engkau tidak menurunkan kemarahan-Mu kepadaku atau murka kepadaku. Engkaulah yang berhak menegurku hingga Engkau ridho.

Itulah karakter dan kepribadian Rasulullah SAW yg sangat mulia, yang sudah tentu sebagai muslim yg demikian cinta terhadap budi luhur Rasulullah SAW Akan tidak akan rela jika nabi kami di hina. Coba barang kan jika terjadi sebaliknya?

Bagi kami, Muslim, sudah sangat jelas, bagiku agama ku Dan bagimu agamamu. Toleransi yg sangat luar biasa yg diajarkan oleh Allah SWT melalui rasulNya.

Semoga kejadian tercela yg mereka lakukan tersebut tidak terulang kembali.

Note:

Kalau kita lihat, insiden serangan terhadap kantor Charlie Hebdo sebenarnya memperlihatkan lebih banyak karateristik ” false flag operation” (operasi rekayasa). Kita meyakini serangan terhadap kantor majalah satir itu dilakukan oleh penyerang profesional dan berdisiplin tinggi, yang lazimnya terkait dengan pasukan khusus yang sangat terlatih; sementara tersangka yang dituduhkan, diduga, dan dibunuh, lebih tampak tidak profesional dan tidak terlatih.
 
Jadi peristiwa dalam serangan ini menampakkan dua pelaku yang berbeda. Boleh jadi serangan itu dilakukan oleh manusia lain yang sangat profesional dan terlatih, tetapi kemudian lepas bebas. Sedang yang ditangkap dan dibunuh sekadar kambing hitam yang tidak tahu apa pun yang terjadi.
 
Apakah kita masih percaya bahwa pihak Muslim yang melakukannya? Seorang pengamat, Dr Paul Craig Robert menjelaskan, jika penyerangnya kelompok Muslim, mereka akan bersedia mati saat melakukan sesuatu serangan; tetapi dua profesional yang menyerang Charlie Hebdo berusaha melarikan diri dan mereka berhasil. Lebih hebat lagi identitas “penyerang atau kemudian dikatakan sebagai teroris” diketahui melalui identitas pribadi yang tercecer di dalam mobil saat digunakan melarikan diri.
 
Tindakan identitas pribadi yang tercecer ini tidak konsisten dengan tingkat profesionalisme serangan yang dilancarkannya. Ia mengingatkan kepada alibi paspor yang ditemukan tidak musnah secara ajaib (!) dalam reruntuhan dua menara WTC saat serangan 11 September 2001. Temuan itu yang kemudian dipakai untuk mengungkap identitas penyerang 9/11. ....

http://www.hidayatullah.com/artikel/opini/read/2015/01/20/36946/menerka-tangan-gaib-di-balik-serangan-pada-charlie-hebdo-1.html#.VL3J5Yo-bIU