Thursday, August 18, 2016

Memahami Semesta: Syaitan/setan adalah Kata Sifat bukan Mahluk

Copas:annafiz.wordpress.com
Kata syaithan ( setan ) terambil dari akar kata syathana, yang berarti “jauh” karena yang bersangkutan jauh dari rahmat Tuhan. Ada juga pendapat yang menyatakan, bahwa kata itu terambil dari akar kata syaatha, yang berarti “terbakar” boleh jadi karena ia akan terbakar di neraka dan juga membakar hati dan fikiran untuk berbuat hal2 yg dilarang oleh Allah sehingga hati tidak menjadi tenang ( terbakar ). Atau dari kata syatha, yang berarti “tepi”, karena ia berada di tepi. Ini bersumber dari konsep bahwa segala yang baik berada di tengah dan yang di tepi ( ekstrem kiri atau kanan ) adalah buruk.
Syetan adalah Sifat yang mengajak kepada keburukan dengan  gambaran yg disenangi oleh hawa Nafsu… Ia tidak terbatas pada jin atau makhluk halus, tetapi juga boleh jadi manusia..
QS al-An’am (6) : 112 menjelaskan bahwa “setan dan jin dan manusia saling membisikkan perkataan-perkataan yang indah untuk memperdaya.”
Atas dasar ini, ulama merumuskan bahwa setan adalah : “Segala makhluk Tuhan yang durhaka kepada-Nya dan mengajak kepada kedurhakaan.. Bahkan ulama menegaskan bahwa Al-Quran tidak hanya menggunakan kata syaithan untuk jin dan manusia, tetapi juga binatang yang melapaui batas dalam sikap / kelakuannya.. Kata syaithan juga digunakan untuk sifat yang buruk bukan pelakunya. Al-Raghib al-Asfahaniy, seorang pakar bahasa, mengutip hadis Nabi SAW yang menyatakan bahwa: ”Dengki adalah setan, marah adalah setan.” Sehingga pada akhirnya ia berpendapat bahwasyetan merupakan nama bagi segala yang buruk dari sifat manusia..
Bisikan baik yang didengar hati manusia bersumber dari malaikat. Bila buruk, sumbernya setan. Namun, boleh jadi juga ia datang dari diri manusia. Dalam surat Yusuf (12) : 53, Al-Quran menyatakan :
”Sesungguhnya nafsu manusia adalah pendorong kepada kejahatan ( inna al-nafsu la ammarah bi al-su’..
Ulama-ulama tasawuf membedakan antara bisikan setan dan bisikan buruk hati manusia.. Ini berbeda dengan setan. Setan, bila gagal merayu pada satu kejahatan/keburukan, akan berpindah pada kejahatan/keburukan yang lain, yang lebih rendah. Tetapi tidak pernah berhenti, atau puas. Karena itu, begitu berhasil, ia akan pindah kepada yang lain. Sehingga, manusia menjadi setan sepertinya. Atau, dengan kata lain, durhaka kepada Tuhan, dan mengajak orang lain kepada kedurhakaan..
Iblis adalah termasuk komunitas Jin, karena ia membangkang perintah Allah maka disebut dengan Iblis. Ia bukanlah dari golongan Malaikat. Sebagaimana yang ditegaskan oleh Allah..
Dan ketika kami katakan kepada para Malaikat bersujudlah kalian kepada Adam, maka bersujudlah mereka semua kecuali Iblis adalah dia dari golongan Jin maka dia durhaka dari perintah Tuhannya”. (QS. al-Kahfi 18:50)..
jadi Setan itu Sifat. Setan bukan sosok makhluk tersendiri, tapi hanyalah sifat dan sebutan bagi setiap Pembangkang dari golongan Jin dan Manusia.. Dan sebagai musuh bagi setiap orang beriman. Terkadang Allah menyebut Iblis dalam al-Qur’an dengan sebutan Setan. Allah berfirman,
“Dan demikianlah kami jadikan bagi setiap Nabi itu musuh, yaitu Setan-Setan (dari jenis) Manusia dan (dari jenis) Jin”. (QS. al- An`am 6:112)..
Nyatalah bahwa Setan merupakan Kata Sifat bukan Jenis Makhluk. Dan Iblis merupakan dari golongan Jin yang Membangkang, selanjutnya disebut Rajanya Setan (Pembangkang).. Setan/Syaithan = Sifat Buruk / Jauh dari Kebenaran (bisa menjangkiti manusia & jin) Iblis = Golongan Jin yang membangkang kepada Allah..
Perbedan tafsir ulama tentang iblis adalah ada yang mengatakan bahwa iblis sebagian dari jin yang fasik ( dalam surat alkahfi ayat 50) dan ada juga pendapat ulama yang mengatakan iblis adalah bahagian dari malaikat yang fasik ( dalam surat al baqarah ayat 34). Dalam suatu kitab dinyatakan bahwa iblis ahli ibadah, dan tinggal di surga dan ibadah nya lebih baik dari malaikat. Tapi dosanya hanya satu, yaitu tidak mau sujud kepada Adam..
Jin adalah makhluk yang diciptakan oleh Allah dari api. Yang memebedakan jin dengan iblis adalah tugasnya. Tugas jin adalah untuk beribadah kepada Allah seperti yang disebutkan dalam surat Adz dzaariyaat ayat 56 yang artinya “tidaklah diciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadah kepada Allah..
Setan itu bermakna lebih kepada sifat yang dimilki makhluk Allah. Sehingga semua iblis pasti setan. Sifat setan ini selalu mengajak pada keingkaran kepada Allah SWT..
Pada surat an nas telah disebutkan oleh Allah jenis-jenis setan, yakni :
1. Setan manusia
Setan yang paling berbahaya adalah setan manusia. Setan jenis ini dapat kita lihat sehari-hari dengan nyata. Setan inilah yang kita hadapi sehari-hari yang sering mengajak manusia bermaksiat kepada Allah..
2 Setan Jin
Setan jin adalah setan yang tidak terlihat oleh kasat mata. Karena ada sifat setan pada jin maka dari ada jin kafir dan jin muslim. Jin kafir lah yang selalu mengajak manusia untuk bermaksiat kepada Allah..
Bisikan dari Iblis : berada di sebelah kiri yaitu selalu bertentangan dengan Allah. Iblis juga membisikkan suatu perbuatan yang baik dengan tujuan :
1. Agar manusia lebih mementingkan perkara yang tidak wajib dan meninggalkan perkara yang wajib..
2. Agar lebih terperosok kepada dosa yang lebih besar. Setan menghasut kepada riya padahal niat awal kita bagus..
Bisikan dari Malaikat : berada di sebelah kanan dan selalu membisikkan perbuatan yang sesuai dengan hukum-hukum Allah.. Nafsu merupakan bisikan yang berada diantara malaikat dan Iblis..
Ciri-ciri dari nafsu sebagai berikut:
1. tidak berfikir akibat dari suatu perbuatan
2. senang akan sesuatu yang indah-indah,
3. nafsu cenderung mengikuti bisikan setan,
4. ketika mendapat musibah nafsu akan ingat kepada Allah sedangkan ketika mendapat nikmat maka lupa kepada Allah..
bagaimana membedakan apakah bisikan tersebut mudhorot ataupun manfaat dan bertentangan dengan agama atau tidak. Jawabannya, kita harus belajar agama, belajar dan terus belajar agar kita mengetahui mana yang baik dan mana yang tidak menurut agama. itu salah satunya cara.
” Dan ketika kami katakan kepada para Malaikat bersujudlah kalian kepada Adam, maka bersujudlah mereka semua kecuali Iblis adalah dia dari golongan Jin maka dia durhaka dari perintah Tuhannya”. (QS. al-Kahfi 18:50)..
Setan itu Sifat. Setan bukan sosok makhluk tersendiri, tapi hanyalah sifat dan sebutan bagi setiap Pembangkang dari golongan Jin dan Manusia, dan sebagai musuh bagi setiap orang beriman. Terkadang Allah menyebut Iblis dalam al-Qur’an dengan sebutan Setan. Allah berfirman,
“Dan demikianlah kami jadikan bagi setiap Nabi itu musuh, yaitu Setan-Setan (dari jenis) Manusia dan (dari jenis) Jin”. (QS. (QS. al- An`am 6:112).
Berarti manusia bersifat setan wujud manusia sifat setan maka itu di namakan setan dari golongan manusia .. seperti hal nya syetan dari golongan jin .. Wassalam..
al- An`am 6:112).
Berarti manusia bersifat setan wujud manusia sifat setan maka itu di namakan setan dari golongan manusia .. seperti hal nya setan dari golongan jin .

Monday, August 1, 2016

Pengaruh Negatif - Penyakit Menular

Suka memelihara dan menyebarkan kedengkian. Sifat yg merusak.  Suka mengganggu orang lain, senang melihat orang lain susah,  susah melihat orang lain senang.  Sifat dan penyakit ercela ini kebetulan dihinggapi oleh tetangga yg bukan muslim.  

Sifat iri dan dengki sangat merusak diri sendiri, keluarga dan orang lain. Proses berikutnya,  karena hati sudah dipenuhi oleh kedengkian,  maka akan berbuat zalim,  tidak takut denga Tuhan atau Allah SWT dan konsekwensinya.  Semua perbuatan zalim,  telengas,  keji dianggap ringan oleh si pendengki. 

Sifat iri dan dengki juga menimbulkan rasa tidak puas dan tidak bersyukur dengan apa yang telah diberikan olehNya. Rejeki, cobaan dan jalan hidup telah ditentukan olehnya, yang dilakukan oleh kita adalah effort/usaha untuk memenuhinya. 


Nikmat manakah lagi yang engkau dustakan

Ketidak puasan terhadap orang lain, keluh kesah, me”restui” dan mengajak orang lain untuk ikut mendengki, selalu mencela, mengadu domba, mencari-cari dan berbuat zalim terhadap orang lain itu merupakan protes karena tidak puas terhadap diri sendiri yang dilampiaskan kepada orang lain. Pengaruh rasa iri dengki menyelimuti qalbu berakibat tidak bersyukur dan tidak ikhlas, egosenris krn tidak perduli dan “care” dengan orang lain dan alam, mengikis hati nurani. (Perilaku negatif dan zalim mencerminkan hati yang kotor, telengas, keji dan zalim pula).
Hudznuzon (berprasangka baik), berani introspeksi diri bukan pembenaran diri, menerima dan kemudian berusaha untuk memperbaiki diri dalam mengembangkan diri (yang diberikan pada setiap individu) adalah tips yang sangat baik, sehingga dapat mengembangkan potensi, memberikan manfaat kepada orang lain dan alam, salah satu sikap bersyukur.
Tsabit al-Banani berkata: “Pada suatu ketika Dawud ‘alaihissalam melewati api unggun yang berkobar, ia teringat neraka dan seluruh persendian tubuhnya bagaikan terlepas kemudian pingsan. Orang-orang menyadarkannya lalu ia berkata, “Ya Allah, kami tidak kuat terhadap panas matahari-Mu, bagaimana nanti kami kuat menahan sengatan api neraka-Mu.”
Jangan biarkan keturunan dan generasi muda diselimuti oleh iri dan dengki yang sudah pasti akan mengakibatkan kerusakan di muka bumi. Pendidikan akhlaq kepada keturunan dan generasi muda sangatlah penting, jauhkan generasi penerus bangsa dari sifat sifat keji dan telengas seperti iri dengki tersebut agar tercapainya masyarakat yang madaniah.

“Jauhkanlah dirimu dan keluargamu dari api neraka”
_-------_-------
Ada sebuah kisah tentang bertetangga yang tidak perlu dicontoh, di mana penghuni rumah tersebut memiliki beberapa anak yg  sudah akil baliq dan kebetulan orang tuanya memiliki sifat-sifat kurang terpuji. Beberapa diantaranya adalah "sangat kepo", suka mencuri dengar tetangga2 nya, tabiat lainnya adalah suka berghibah sehingga ada yang menjulukinya sesuatu.... , tabiat negatif lainnya adalah suka menghasut dengan segala cara, bahkan sifat dan perilaku ini diajarkan kepada anak2nya. Hobby nya memelihara dan menyebarkan kedengkian. Mengganggu tetangganya, senang sekali melihat orang lain susah dan susah melihat orang lain senang.  Pendengki takut untuk introspeksi diri, hanya menyalahkan orang lain.  Perilaku tersebut akan melahirkan sifat licik, culas, keji dan telengas.

Tidak terkecuali, siapapun yg dekat dengannya berusaha untuk dipengaruhi negatif. Tidak berhenti hanya disitu, bahkan tidak jarang untuk di hasut dan di adu domba. Bahkan lebih lagi, sangat senang jika ada orang yang tertimpa musibah atau menderita. Tidak cukup sampai disitu, bahkan sangat suka dan seperti tidak ada lelahnya mengganggu tetangga atau orang lain, dan anehnya perbuatannya tersebut dianggap benar dan di dukung serta bangga dengan perbuatan dan perilaku tersebut.

Di perumahan tersebut memiliki petugas satpam. Bahkan ada satpam di perumahan tersebut berusaha untuk di ajak ber ghibah, di hasut, diajak untuk melakukan perbuatan tercela seperti ikut mengganggu orang perumahan dengan berbagai dalih dan akhirnya mereka bersahabat erat dengan perbuatan tercela itu (selain memang kemungkinan memiliki sifat tidak terpuji yang sama shg "frekuensi" memang sama, wallahu a'lam). Bukannya mencegah  menegegur atau menasehati dgn cara baik bahwa perbuatan tsb tdk baik dan mengganggu hak orang lain tdk boleh, malah saling menghasut/namimah, tajassus berghibah dkk bahkan ikut atau "membiarkan" mengganggu tetangga atau orang lain memang sangat memiriskan hati, padahal itu perbuatan tercela & berdosa, shg dosanya ditanggung berenteng, sama halnya dgn minuman keras, dari yg mengantarkan, penjual dan yg minum minuman keras, semua berdosa.

"Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebaikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya." (QS Al Maidah: 2)

Harus diwaspadai pula bahwa kejahatan jika mendarah daging maka akan sulit sekali mendapatkan hidayah“Hati manusia, bila kerusakannya telah sampai pada tingkatan tertentu, takkan bisa diperbaiki. Kesesatan, bila telah mencapai titik tertentu, takkan bisa diterangi cahaya petunjuk.” Demikian seorang ahli tafsir menyimpulkan surat At-Taubah: 80. Rasulullah SAW selalu memintakan ampun bagi semua penjahat. Tapi ada satu kelas penjahat yang tak berhasil mendapatkan ampunan Allah. Istighfar beliau ditolak! Allah tahu bahwa mereka sudah tidak bisa diperbaiki lagi. Kejahatan akan mereka bawa mati.

Tak ayal lagi, kejahatan mesti diperangi. Kecil bukan untuk diacuhkan; sepele bukan untuk diremehkan. Karena apapun bentuknya, semua kejahatan adalah saudara kandung. Terlahir dari satu ayah dan satu ibu; setan dan hawa nafsu. Wallahu A’lam. 

Yang sangat anehnya perbuatan orang tua dari tetangga tersebut tidak melarang anak2 nya, bahkan menyuruh dan mengajak anak anaknya untuk berbuat hal negatif diatas. ini menurut saya sangat luar biasa, karena bukankah sebagai orang tua, sudah fitrahnya, untuk mendidik keturunannya lebih baik darinya di semua area, selain materi juga orang tua berharap dan mendidik anak anaknya memiliki perilaku dan tabiat yang mulia?

Anehnya lagi, perbuatan zalim tsb terus menerus dilakukan, entah tdk punya rasa bersalah krn selalu beralasan sehingga hatinya tertutup atau ada hal lain yg diluar nalar. 

Perbuatan zalim itu sangat berdosa, jika ada yg menyaksikan kemudian mendiamkannya, maka yg menyaksikan/mengetahui akan turut berdosa, jika yg menyaksikan atau mengetahui perbuatan zalim tersebut dan membiarkan, akan bertambah dosa2nya, apalagi ikut2 perbuatan org yg berbuat zalim tsb, dan terlebih memprovokasinya, na'udhubillah.

Surah Asy-Syura : 42   “Sesungguhnya dosa besar itu atas orang-orang yang berbuat zalim kepada manusia dan melampaui batas di muka bumi tanpa hak. Mereka itu mendapat azab yang pedih“.

Pentingnya untuk mengetahui & memahami bahwa siksa neraka sangat pedih (cara mengatasi ghibah dkk) Bbrp ulama menyatakan bahwa sedemikian dahsyatnya neraka tsb, bahkan jika seseorang hanya bermimpi dlm tidurnya masuk neraka, begitu bangun seluruh tubuhnya hangus.

Sekalipun mungkin ada yg tdk percaya adanya neraka. Jika memang neraka itu tdk ada, maka org yg percaya adanya neraka dan lalu berakhlaq mulia & konsekwensi neraka, akan aman pula, tetapi jika neraka itu ternyata ada maka orang yg percaya adanya neraka akan "aman" sebaliknya org yg meremehkan, mengabaikan ataupun yg tdk percaya adanya neraka dan berlaku semena2 tsb krn tdk takut adanya konsekwensi neraka, maka akan mendapatkan masalah yg teramat  sangat besar disana.

Dengan menyadari siksa neraka yg demikian pedih, maka tajassus, namimah, ghibah dkk yg termasuk dosa sangat besar (sekali berghibah, 70 tahun dineraka maka setiap insan sdh tahu konsekuesinya. Dosa bagi org yg menyebar ghibah apalagi lewat hp & medsos berantai, maka dosanya eksponenatial sesuai dgn jumlah org yg dipengaruhi negatif tsb. Naudhubillah min dzalik. 1 hari di neraka = 1000 tahun di bumi. 70 th di neraka = 70.000 th di bumi.

Memang seperti di contohkan dalam kisah kisah bahwa kedengkian akan menutup hati nurani, apalagi jika di biarkan atau terlebih "diumbar" dgn memelihara dan menyebarkan kedengkian, yg akhirnya akan menentang Allah SWT, serta pengaruh negatif tsb sangat cepat menular bahkan kitapun dengan mudah tertular jika tidak waspada dan menjaga hati dan Allah SWT Maha Mengetahui, manusia tdk dpt mencari2 alasan2 apapun juga.

Kebetulan pula kisah tetangga ini bukan muslim. Dengan sedemikian besarnya energi kedengkian tsb, Hanya saja. bukankah setiap keluarga di didik untuk berperilaku dan berbudi pekerti mulia?. Apakah kita tidak takut dan malu mempunyai sifat tercela tersebut? Apakah di budaya atau agama lain tidak diajarkan utk tidak mendengki?  Senang melihat orang lain susah dan susah melihat orang lain senang adalah sifat dan penyakit tercela yg hrs dihindarkan bukan diumbar. Sebenarnya kisah tersebut sangat memiriskan hati karena bagaimanapun apakah dia atau mereka itu muslim atau bukan, suku atau ras atau warna kulit apapun adalah tetap manusia, yang diciptakan Allah dengan Maha Pengasih lagi Maha Penyayang terhadap segala ciptaanNya, sehingga wajib bagi setiap insan muslim untuk mengajarkan atau paling tidak mendoakan mereka, semoga mereka mendapatkan hidayahNya dan semoga kita dijauhkan dari sifat sifat tercela tersebut, aamiin. Semoga Allah mengampuni kita krn tdk ada seorangpun yg terlepas dari perbuatan dosa. Allah SWT Maha Pengampun jika kita bertaubat dgn sungguh2. aamiin.

Wednesday, July 13, 2016

Fitoremediasi, Sebuah Pendekatan Restorasi Berkelanjutan

Oleh Prof. Dr. Ir. Wahyu Prizuardi, MCE, MSE

–BERBAGAI pendekatan telah dilakukan–termasuk yang cukup menarik–restorasi lahan gambut berbasis pendekatan budaya seperti yang telah di-highlightsebelumnya. Selain dari berbagai metoda restorasi, baik dimulai dengan rewetting sampai dengan penerapan penanaman, bagi saya, diperlukan pula penerapan fitoremediasi.
Menelisik usulan tanaman bambu sebagai salah satu tanaman restorasi yang diusulkan Dr. Yenrizal dalam artikelnya “Bambu Lebih Cepat Merestorasi Lahan Gambut” di media ini beberapa waktu lalu, menarik untuk dikembangkan atau disesuaikan dengan kondisi lahan gambut yang sangat bervariasi tersebut. Dan itu pun dapat dijadikan sebagai mediasi untuk pemulihan ekosistem dan lingkungan selain juga menaikkan kembali pamor bambu yang memang sangat berjasa tersebut.
Apa itu fitoremediasi?  Fitoremediasi dikenal salah satu metoda yang digunakan untuk mengurangi atau menghilangkan efek akibat limbah logam berat yang dihasilkan dari penambangan dengan cara menanam dengan tanaman yang cocok untuk lingkungan yang “beracun” dalam arti kata tanaman penyerap atau pelahap racun.
Metoda fitoremediasi ini telah diterapkan paling tidak oleh perusahaan pertambangan karena area penambangan sangat rentan dengan pencemaran. Banyak tanaman dan media preparasi yang diaplikasikan dengan berbagai metoda dan jenis atau varietas tanaman yang beragam tergantung pada kondisi tanah, lokasi dan lingkungan sekitar.
Lahan gambut yang dikelola secara baik oleh perusahaan untuk skala besar dan menengah ataupun yang dikelola oleh masyarakat untuk skala kecil, atau juga yang terbakar berulang kali akan memberikan dampak pada tanah diakibatkan penggalian pembuatan drainase atau parit yang menimbulkan tanah tersebut terpapar sinar matahari sehingga menimbulkan oksidasi dan beracun akibat FeS2, yang membuat tanaman tersebut mati.
Untuk itu perlu adanya metoda yang dapat mengembalikan kondisi tanah yang telah tercemari oleh pirit ini dengan metoda pemulihan via fitoremediasi termasuk dengan bak bak penampungan. Hal ini akan sejalan dengan tujuan dari restorasi lahan gambut yang berkelanjutan.
Menurut pandangan saya, dengan memanfaatkan metoda fitoremediasi ini, dapat pula berkembang menjadi suatu metoda yang tidak hanya dikhususkan untuk menanggulangi pencemaran (yang tentunya sangat penting) tetapi dapat dilebarkan menjadi salah satu penopang restorasi lahan gambut yang berkelanjutan, dengan cara menanam tanaman dan media tanaman yang mengembalikan kondisi dari post rawa ke kondisi awal yaitu pengembalian ekosistem di area yang tercemar atau di area yang terdegradasikan, dan seterusnya.
Fitoremediasi dapat  diterapkan dalam rangka untuk membuat tanah kembali menjadi lembab atau basah dan mempertahankannya secara alami sesuai dengan tujuan restorasi agar terhindar terjadinya kebakaran hutan. Untuk itu pemahaman yang komprehensif akan “isi”nya alam sangat diperlukan dikombinasikan dengan kearifan lokal.
Secara garis besarnya. Pertama tentu yang dilakukan adalah dengan memilih lokasi calon penerapan fitoremediasi. Mendata karakteristik tanah, cuaca, lingkungan dan pemetaan berbasis GIS, kemudian mendata varietas tanaman yang tumbuh di lokasi dan sekitar lokasi dan data sekunder lain yang diperlukan.
Dalam skala kecil ataupun laboratorium, tanaman yang akan diterapkan didata berdasarkan tanaman lokal apa yang cocok untuk area tersebut, sesuai dengan tujuannya yaitu tanaman yang dapat menampung dan mempertahankan air, yang cocok dengan kondisi air dan lahan yang telah terdegradasi atau metoda yang tepat untuk menumbuhkan tanaman tersebut.
Tanaman unggulan di kelompokkan, di data daya serap, waktu tumbuh dan seterusnya yang akan sangat berguna kelak. Namun yang sering dilupakan adalah tanaman di sepanjang tepi kanal perlu dikembangkan agar terhindar dari erosi dan mempertahankan kondisi karakteristik tanah tersebut yang berubah akibat penggalian kanal.

Pendataan yang dilakukan, dalam skala laboratorium dapat menjadi data dalam rangka memodelkan dengan matematis, sebelum diterapkan dalam skala yang besar.
Pendekatan modeling matematis sangat membantu dalam pencapaian sebuah proyek karena sedemikan banyaknya parameter-parameter yang terlibat dalam sebuah proses.
Yang menjadi pertanyaan besarnya; jenis tanaman apa yang dapat bertahan, kemudian menetralisir FeS2 dan tetap dalam kondisi basah? Ini merupakan tantangan yang sangat menarik dan diperlukan usaha yang serius—tidak seperti membalikkan telapak tangan—dikarenakan targetnya mengembalikan yang kemudian melestarikan alam.
Sebagai catatan. Pengembangan fitoremediasi ini, selain biaya operasional yang dapat dikatakan murah, juga jika diteliti dan disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan lokal,  dapat bernilai ekonomis.
Sebagai contoh, dengan menaman melaleuca atau kayu gelam yang saat ini dipercaya tahan dan dapat menetralisir area yang memiliki tingkat keasaman tinggi dan ikut andil dalam menetralisir pirit, selain baik bagi ekosistem dan lingkungan sekitar, juga kayunya memiliki nilai jual.*
*) Prof. Dr. Ir. Wahyu Prizuardi, MCE, MSE, anggota Kelompok Ahli Tim Restorasi Gambut (TRG) Sumsel. E-mail: wahyuprizuardi@gmail.com

Wednesday, June 22, 2016

Sifat Sombong

Sifat sombong adalah sifat yang sangat di murkai oleh Allah SWT dan definisi dari sombong adalah menolak kebenaran dan meremehkan orang lain. Menolak kebenaran, yang utama adalah menolak kebenaran Islam.

Islam itu sudah pasti benar, sehingga jika ada yang menolak Islam atau bagian dari Islam sekalipun berarti sudah menolak kebenaran sehingga dapat dikatakan sombong.

Sombong dan meremehkan orang lain dapat membuat si empunya sombong tadi jauh dari mendengarkan orang lain, apalagi mendengarkan nasehat.... tidak akan pernah.... malah menjauhkan diri dari segala bentuk nasehat, tausiah.

Karena apriori dan antipati dengan Islam, nasehat, tausiah dan ceramah, maka akan meremehkan para pendakwah dan ulama. Berusaha untuk mencari cari dengan berbagai cara untuk sedapat mungkin "mengerjai" mereka mereka yang berada di jalan yang lurus.

Oleh karenanya, pahami terlebih dahulu apa itu sombong, sehingga kita dapat mengetahui dan menghindarkan diri dari sifat tercela dan paling dimurkai oleh Allah SWT ini.

Semoga kita dijauhkan dari sifat sifat tercela.

Wallahu a'lam.

Friday, March 18, 2016

Kerusakan Dari Sifat Dengki (Hasad)

Sifat suka memelihara kedengkian bagi muslim adalah salah satu sifat yg harus dijauhi, karena sifat ini akar dari segala kejahatan, mencerminkan kekotoran hati dan pikiran yg kemudian diwujudkan dlm perilaku ataupun perikata.

Pembunuhan pertama dalam sejarah manusia dilakukan oleh anak nabi Adam a.s. dikarenakan sifat ini.

Memelihara dan menyebarkan kedengkian (menghasut) dengan berbagai cara shg orang lain "terajak" utk ikut mendengki yg tlh diketahui bahwa dengan demikian maka dosanya akan berkali kali lipat.

Tidak jarang, manusia dihinggapi perasaan hasad (dengki), tatkala melihat orang lain mendapat kenikmatan, meraih kesuksesan dan dikaruniai kebaikan. Baik berupa harta, ilmu, kedudukan, dan lain-lain. Padahal, hasad memiliki banyak kerusakan, diantaranya:

Pertama, hasad menyerupai orang-orang Yahudi, yang pernah Allah laknat menjadi monyet dan babi.

وَدَّ كَثِيرٌ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ لَوْ يَرُدُّونَكُمْ مِنْ بَعْدِ إِيمَانِكُمْ كُفَّارًا حَسَدًا مِنْ عِنْدِ أَنْفُسِهِمْ مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمُ الْحَقُّ

Sebahagian besar Ahli Kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman, karena dengki yang (timbul) dari diri mereka sendiri, setelah nyata bagi mereka kebenaran” (QS. al Baqarah: 109)

أَمْ يَحْسُدُونَ النَّاسَ عَلَى مَا آتَاهُمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ فَقَدْ آتَيْنَا آلَ إِبْرَاهِيمَ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَآتَيْنَاهُمْ مُلْكًا عَظِيمًا

ataukah mereka dengki kepada manusia (Muhammad) lantaran karunia yang Allah telah berikan kepadanya? sesungguhnya Kami telah memberikan Kitab dan Hikmah kepada keluarga Ibrahim, dan Kami telah memberikan kepadanya kerajaan yang besar” (QS. An Nisa: 54)

Kedua, hasad menunjukkan keburukan jiwa seseorang, karena berarti ia tidak mencintai sesuatu untuk saudaranya, sebagaimana ia mencintai hal itu untuk dirinya.

Ketiga, hasad mengandung penentangan terhadap takdir Allah dan qadha-Nya, karena semua nikmat yang datang kepada manusia merupakan takdir-Nya.

Keempat, hasad akan menyalakan api cemburu dalam hati, sehingga orang yang berhasad akan selalu dalam kekecewaan dan rasa gundah, setiap kali melihat orang lain mendapat kesenangan dan karunia.

Kelima, hasad akan membuat seseorang tidak produktif mengerjakan hal-hal yang bermanfaat dan mengandung maslahat, karena yang senantiasa ia pikirkan hanyalah kenikmatan-kenikmatan yang ada pada orang lain, bagaimana ia bisa datang kepada mereka?

Keenam, hasad bisa menjadi sebab penyakit ‘ain yang dapat mencelakakan orang lain.

Ketujuh, hasad akan membawa pada perpecahan dalam tubuh kaum muslimin.
Wallahu a’lam.

[Disarikan dari Syarh Riyadh al Shalihin (1/598-599), Syaikh Muhammad bin Shaleh al Utsaimin rahimahullah

Sunday, March 13, 2016

Cara Mencegah Iri, Dengki, Hasut, Fitnah, Buruk Sangka

"Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang di karuniakan Allah kepada sebagian kamu lebih banyak dari sebagian yang lain. (karena) bagi seorang laki-laki ada bagian daripada apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah yang maha mengetahui segala sesuatu. (An-Nisa: 32).

Iri Dengki
Lihatlah suasana orang yang dilanda iri dengki, hatinya selalu risau dan larut dalam kebencian. Terlebih lagi jika orang yang didengki memperoleh keberhasilan dan mendapat nikmat. Inginnya nikmat tersebut segera sirna musnah tak berbekas. Jika dibiarkan, perasaan iri akan menjadi menjadi bibit dosa lain dan awal bergulirnya pelanggaran perintah Allah. Iblis menjadi mahluk terlaknat berawal dari iri, begitu pula pembunuhan pertama yang dilakukan manusia juga bermotifkan iri.

Salah satu sifat terkeji ialah perasaan iri hati dan dengki. Dengki artinya perasaan tidak senang terhadap orang yang mendapat nikmat dan sebaliknya merasa senang melihat orang kehilangan nikmat itu.

Dengki (hasad), kata Imam Al-Ghazali, adalah membenci kenikmatan yang diberikan Allah kepada orang lain dan ingin agar orang tersebut kehilangan kenikmatan itu. Dengki akan merasuki hati dan jika seseorang sudah mendengki maka apapun yang dilakukan oleh yang di dengkinya akan salah dan jelek dimata pendengki. Tidak ada hal yang baik dimata pendengki.

Pertama, mengalami kekalahan dalam perjuangan.  Orang yang dengki perilakunya sering tidak terkendali. Dia bisa terjebak dalam tindakan merusak nama baik, mendiskreditkan, dan menghinakan orang yang didengkinya. Dengan cara itu ia membayangkan akan merusak citra, kredibilitas, dan daya tarik orang yang didengkinya. Dan sebaliknya, mengangkat citra, nama baik dan kredibilitas pihaknya. Namun kehendak Allah tidaklah demikian. Rasulullah saw. bersabda:

Dari Jabir dan Abu Ayyub Al-Anshari, mereka mengatakan bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Tidak ada seorang pun yang menghinakan seorang muslim di satu tempat yang padanya ia dinodai harga dirinya dan dirusak kehormatannya melainkan Allah akan menghinakan orang (yang menghina) itu di tempat yang ia inginkan pertolongan-Nya. Dan tidak seorang pun yang membela seorang muslim di tempat yang padanya ia dinodai harga dirinya dan dirusak kehormatannya melainkan Allah akan membela orang (yang membela) itu di tempat yang ia menginginkan pembelaan-Nya.” (Ahmad, Abu Dawud, Ath-Thabrani).

Kedua, meruntuhkan kredibilitas. Ketika seseorang melampiaskan kebencian dan kedengkian dengan melakukan propaganda busuk, hasutan, dan demarketing kepada pihak lain, jangan berangan bahwa semua orang akan terpengaruh olehnya. Yang terpengaruh hanyalah orang-orang yang tidak membuka mata terhadap realitas, tidak dapat berpikir objektif, atau memang sudah “satu frekuensi” dengan si pendengki. Akan tetapi banyak pula yang mencoba melakukan tabayyun, cari informasi pembanding, dan berusaha berpikir objektif. Nah, semakin hebat gempuran kedengkian dan kebencian itu, bagi orang yang berpikir objektif justru akan semakin tahu kebusukan hati si pendengki. Orang yang memiliki hati nurani ternyata tidak senang dengan fitnah, isu murahan, atau intrik-intrik pecundang. Di mata mereka orang-orang yang bermental kerdil itu tidaklah simpatik dan tidak mengundang keberpihakan.

Orang yang banyak melakukan provokasi dan hanya bisa menjelek-jelekkan pihak lain juga akan terlihat di mata orang banyak sebagai orang yang tidak punya program dalam hidupnya. Dia tampil sebagai orang yang tidak dapat menampilkan sesuatu yang positif untuk “dijual”. Maka jalan pintasnya adalah mengorek-ngorek apa yang ia anggap sebagai kesalahan. Bahkan sesuatu yang baik di mata pendengki bisa disulap menjadi keburukan. Nah, mana ada orang yang sehat akalnya suka cara-cara seperti itu?

Ketiga, mencukur gundul agama. Rasulullah saw. bersabda, “Menjalar kepada kalian penyakit umat-umat (terdahulu): kedengkian dan kebencian. Itulah penyakit yang akan mencukur gundul. Aku tidak mengatakan bahwa penyakit itu mencukur rambut, melainkan mencukur agama.” (At-Tirmidzi)

Islam adalah rahmat bagi sekalian alam. Akan tetapi Islam yang dibawa oleh orang yang di dadanya memendam kedengkian tidak akan dapat dirasakan rahmatnya oleh orang lain. Bahkan pendengki itu tidak mampu untuk sekadar menyungging senyum, mengucapkan kata ‘selamat’, atau melambaikan tangan bagi saudaranya yang mendapat sukses, baik dalam urusan dunia maupun terkait dengan sukses dalam perjuangan. Apa lagi untuk membantu dan mendukung saudaranya yang mendapat sukses itu. Dengan demikian Islam yang dibawanya tidak produktif dengan kebaikan.

Keempat, menyerupai orang munafik. Perilaku dan sikap pendengki mirip perilaku orang-orang munafik. Di antara perilaku orang munafik adalah selalu mencerca dan mencaci apa yang dilakukan oran lain terutama yang didengkinya. Jangankan yang tampak buruk, yang nyata-nyata baik pun akan dikecam dan dianggap buruk. Allah swt. menggambarkan perilaku itu sebagai perilaku orang munafik. Abi Mas’ud Al-Anshari –semoga Allah meridhainya– mengatakan, saat turun ayat tentang infaq para sahabat mulai memberikan infaq. Ketika ada orang muslim yang memberi infaq dalam jumlah besar, orang-orang munafik mengatakan bahwa dia riya. Dan ketika ada orang muslim yang berinfak dalam jumlah kecil, mereka mengatakan bahwa Allah tidak butuh dengan infak yang kecil itu. Maka turunlah ayat 79 At-Taubah. (Bukhari dan Muslim)

Benarlah ungkapan seorang ulama salaf: “Al-hasuudu laa yasuud (pendengki tidak akan pernah sukses).” (Kasyful-Khafa 1:430).

Kelima, tidak mampu memperbaiki diri sendiri. Orang yang dengki, manakala mengalami kekalahan dan kegagalan dalam perjuangan cenderung mencari-cari kambing hitam. Ia menuduh pihak luar sebagai biang kegagalan dan bukannya melakukan muhasabah (introspeksi). Semakin larut dalam mencari-cari kesalahan pihak lain akan semakin habis waktunya dan semakin terkuras potensinya hingga tak mampu memperbaiki diri. Dan tentu saja sikap ini hanya akan menambah keterpurukan dan sama sekali tidak dapat memberikan manfaat sedikit pun untuk mewujudkan kemenangan yang didambakannya.

Keenam, membuat gelap mata dan tidak dapat melihat kebenaran. Dengki membuat pengidapnya tidak dapat melihat kelemahan dan kekurangan diri sendiri; dan tidak dapat melihat kelebihan pada pihak lain. Akibatnya, jalan kebenaran yang terang benderang menjadi kelam tertutup mega kedengkian. Apa pun yang dikatakan, apa pun yang dilakukan, dan apa pun yang datang dari orang yang dibenci dan didengkinya adalah salah dan tidak baik. Akhirnya, dia tidak dapat melaksanakan perintah Allah swt. sebagaimana yang disebutkan dalam ayat, “Orang-orang yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya. Mereka itulah orang-orang yang telah diberi Allah petunjuk dan mereka itulah orang- orang yang mempunyai akal.” (Az-Zumar:18)

Ketujuh, membebani diri sendiri. Orang yang membiarkan dirinya dikuasai oleh iri dengki hidupnya menanggung beban berat yang tidak seharusnya ada. Bayangkan, setiap melihat orang lain yang didengkinya dengan segala kesuksesannya, mukanya akan menjadi tertekuk, lidahnya mengeluarkan sumpah serapah, bibirnya berat untuk tersenyum, dan yang lebih bahaya hatinya semakin penuh dengan dengki, marah, benci, curiga, kesal, kecewa, resah, dan perasaan-perasaan negatif lainnya. Enakkah kehidupan yang penuh dengan perasaan itu? Tentu saja menyesakkan. Dalam bahasa Al-Qur’an, bumi yang luas ini dirasakan sumpek. Seperti layaknya penyakit, ketika dipelihara akan mendatangkan penyakit lainnya. Demikian pula penyakit hati yang bernama iri dengki. Bila dia tidak dihilangkan akan mengundang penyakit-penyakit lainnya. Maha Benar Allah yang telah berfirman, “Di dalam hati mereka ada penyakit maka Allah tambahkan kepada mereka penyakit (lainnya).” (Al-Baqarah: 10)

Betapa sulitnya kita menghimpun kebaikan dan meraih kemenangan. Maka janganlah diperparah dan dipersulit dengan membiarkan dengki menguasai hati kita. Mari berlomba dalam kebaikan. Allahu a’lam.


Hasut / Hasud / Provokasi
Hasud adalah suatu sifat yang ingin selalu berusaha mempengaruhi orang lain agar amarah / marah orang tersebut meluap dengan tujuan agar dapat memecah belah persatuan dan tali persaudaraan agar timbul permusuhan dan kebencian antar sesama. 
Menghasud akan menjadi mengadu domba atau namimah.
Fitnah
Fitnah lebih kejam dari pembunuhan adalah suatu kegiatan menjelek-jelekkan, menodai, merusak, menipu, membohongi seseorang agar menimbulkan permusuhan sehingga dapat berkembang menjadi tindak kriminal pada orang lain tanpa bukti yang kuat.
Buruk Sangka
Buruk sangka adalah sifat yang curiga atau menyangka orang lain berbuat buruk tanpa disertai bukti yang jelas.
Mencuri Dengar dan Mengintip
Tajassus, mengintip, menguping adalah tindakan yang tidak dibenarkan oleh agama, sebab bertujuan tidak baik, apalagi kemudian disebarkan kepada orang lain. Perilaku menyimpang seperti ini dilarang oleh agama islam.
Tips Cara Menghilangkan Penyakit Hati - Iri, Dengki, Fitnah, Hasut, Prasangka Buruk
Berbagai jenis-jenis atau macam-macam penyakit hati telah dijelaskan pada artikel diatas seperti iri hati, dengki, hasud, su udzon (prasangka buruk) dan lain sebagainya. Penyakit-penyakit ini apabila tidak ditangani dan ditanggulangi dengan baik bisa berakibat buruk pada diri kita. Seperti halnya sakit pada organ tubuh / fisik kita, penyakit hati yang berupa sifat perilaku buruk bisa diobati / disembuhkan dengan obat hati.
Berikut ini adalah beberapa obat untuk menyembuhkan penyakit hati kita :
1. Tidak Banyak Bicara
Terlalu banyak bicara dapat membuat hati kita menjadi keras. Berbicaralah yang tidak penting secukupnya dan hindari menjadi orang yang omong besar, omdo / omong doang, pembual, tukang bohong, ghibah, ngerumpi, dan lain sebagainya. Banyak bicara dalam kebaikan boleh-boleh saja seperti untuk mengajar, petugas pelayanan, ngobrol biasa dengan teman, tetangga, keluarga, da’wah dan hal hal positif lain.
2. Menjaga Emosi Dan Nafsu
Emosi dapat membuat hidup menjadi tidak tenang. Oleh karena itu kita sebaiknya selalu menjaga emosi kita agar tidak menjurus ke penyakit hati. Beberapa contoh nafsu yang harus kita tundukkan antara lain seperti nafsu akan harta, nafsu seks, nafsu makan, nafsu jabatan, nafsu marah, nafsu mewujudkan impian, dan lain sebagainya. Salah satu cara untuk melatih emosi dan nafsu kita adalah dengan melakukan ibadah puasa, baik puasa sunah maupun puasa wajib ramadhan.
3. Selalu Mengingat Allah SWT
Ada beberapa cara untuk dapat selalu mengingat Allah SWT yaitu seperti dengan rajin sholat baik sholat wajib lima waktu, shalat tahajud, sholat dhuha, solat malam, dan lain-lain. Selain itu zikir, doa dan mengaji atau membaca al-qur'an juga dapat menghindarkan kita dari penyakit hati. Diharapkan dari mengingat Allah SWT kita menjadi takut atas ancaman Allah SWT jika kita melakukan dosa yang disebabkan oleh penyakit hati dan perbuatan maksiat.
4. Bergaul Dengan Orang Saleh / Soleh
Dengan berteman dengan orang-orang yang penuh dengan penyakit hati hanya akan menulari kita dengan penyakit-penyakit itu sehingga kita akan semakin jauh dari Allah. Salah pergaulan juga dapat menambah dosa akibat perbuatan maksiat yang baik disadari atau tidak telah kita lakukan. Lain hal apabila kita bergaul dengan orang shaleh yang selalu menjaga dan membatasi diri dalam pergaulan agar mereka tidak terjerumus dalam maksiat.
Post from another Wahyu Prizuardi Web/Blog Site: September 14, 2012 (Safari Compatible)