Friday, June 29, 2012

Sekilas: Salahuddin Al Ayyubi - Panglima Taat Pada Agama

Masih jelas dalam ingatan dengan buku bacaan yaitu tentang Salahuddin Al Ayyubi, saat itu masih duduk di SD kelas 6, kebetulan berlibur ke rumah kakek dan terlihat buku itu ada di meja makan, yang kemudian membacanya.
Buku bacaan yang menarik, yang pada mulanya beranggapan bahwa kisah ini hanyalah fiksi belaka yang ternyata belakangan ini, baru diketahui bahwa kisah tersebut adalah fakta adanya.
Dikisahkan bagaimana Salahuddin Al Ayubi membebaskan Yerusalem dari para ksatria pasukan salib yang bengis.
Dikatakan bengis, kejam, biadab, memang demikian, karena mereka berperang tidak menggunakan norma hukum perang.  Saat pasukan salib merebut Yerusalem, mereka membantai semua yang bukan beragama Kristen (saat itu belum ada Protestan). Tidak pandang bulu, anak anak, perempuan, lansia, semua di bantai.
Salahuddin Al Ayubi tergerak hatinya untuk membebaskan Yerusalem dari kezaliman. Begitu memegang kekuasan tertinggi sebagai sultan, beliau memilih pasukannya yang berkisar 30000 orang yang semuanya bukan hanya taat beragama, tetapi yang shalat tahajud. Itulah kriteria yang ditetapkan oleh Salahuddin sementara pasukan salib saat itu diatas 600000 orang, tetapi Salahuddin percaya dan yakin kepada Allah SWT.
Salahuddin adalah muslim yang sangat taat beragama. Selalu berpuasa sunnah dan melakukan shalat tahajud, dermawan, lemah lembut, sopan, tulus dan ikhlas.
Beliau juga dapat yang dikatakan orang yang pertama kali membuat sekolah yang namanya madrasah, sebelum menjadi sultan.
Selain memilih pasukan yang taat dan selalu melakukan tahajud, beliau juga membawa para ahli agama sebagai penasehat beliau, baik itu mengenai hukum perang, atau syariah ataupun mengenai hal hal lain yang menurut beliau, islam adalah the way of life.
Pada penyerbuan pertama, dengan memakai aturan syariah, mengagetkan para ksatria pasukan salib, karena apa yang Salahuddin lakukan, baik mengenai sebelum perang, saat perang dan sesudah perang, sangat manusiawi. Tawanan perang pasukan salib diperlakukan dengan baik. Walaupun diketahui pula bahwa pasukan salib tersebut selalu melanggar janji janji yang telah disepakati.
Hanya dalam waktu 2 bulan saja pasukan muslim yang dipimpin oleh Salahuddin sudah dapat menguasai Yerusalem tanpa terjadi pertumpahan darah sedikitpun saat mengepung Yerusalem, diluar perkiraan penduduk Yerusalem pada saat itu yang menganggap pasukan Salahuddin akan membasmi mereka. Kebijakan Salahuddin saat itu adalah tidak membunuh mereka, malah membebaskan dan memerdekakan mereka dan membuat perjanjian bahwa militer asing tidak boleh kembali ke Yerusalem, yang tentunya kita dapat lihat sekarang, mereka melanggar perjanjian tersebut.
Suatu saat, pasukan salib yang dipimpin oleh raja inggris, menyerbu yerusalem kembali, tetapi ditengah jalan, pasukannya tertimpa wabah, yang diketahui pula bahwa eropa pada saat itu masih belum beradab jauh dari bersih, berbeda dengan Islam, yang selalu menjaga kebersihan, tercermin dari wudhu yang dilakukan oleh seorang muslim juga saluran sanitasi dan parit serta air mancur yang memang inovasi dari dunia Islam. 
Pasukan salib pimpinan raja inggris tersebut sakit, termasuk rajanya. Lalu Salahuddin memerintahkan kepada utusannya utk membawa obat obatan, tabib/dokter dan makanan termasuk buah buahan. Hal ini membuat terkejut pasukan salib saat itu.
Disuatu pertempuran, raja Inggris tersebut jatuh dari kuda saat berperang, lalu Salahuddin memerintahkan untuk memberikan kuda dan pedang kepada raja Inggris tersebut yang membuat semakin terkejut dengan sikap Salahuddin tersebut yang dijawab oleh Salahuddin bahwa ini juga aturan atau syariah dari agama Islam.
Bukan hanya itu, sewaktu salah sorang wanita beragama kristen kehilangan anak karena diculik, dia tidak meminta kepada raja Inggris untuk minta bantuan, tetapi meminta tolong kepada Sultan Salahuddin dan beliaupun menyanggupinya, dan setelah beberapa lama mencari, akhirnya ditemukan dan dikembalikan kepada wanita tersebut.
Saat pasukan salib mundur, raja Inggris menutup mata dengan perisai, tidak mau melihat Yerusalem dan mengatakan Yerusalem tidak dapat kami taklukan.
Hal ini membuat nama Islam mulai menyeruak ke daratan eropa dan nama Salahuddin disebut sebagai musuh yang terhormat, santun, dermawan dan rendah hati.
Dari Salahuddin pula, orang eropa saat itu menyadari bahwa hukum syariah Islam itu sangat adil dan bijaksana.
Kisah tersebut diatas sangat membekas dihati dan tanpa sengaja baru baru ini, saat menonton salah satu saluran TV, yang mengisahkan Saladin  (nama menurut versi barat) di mystery x files, dengan mewawancarai para pakar dibidang tersebut, ternyata kisah Salahuddin tersebut bukanlah legenda tetapi benar adanya.
Aturan perang yang dipakai sekarang ini yang tercantum dalam Konvensi Geneva mengacu atau berdasarkan atas aturan yang ditetapkan oleh Salahuddin yang tentunya beliau mengacu kepada syariah Islam. [wahyuprizuardi]

Thursday, June 28, 2012

Sekilas: Perenungan Antara Besi dan Adaptasi

Beberapa waktu silam, saat membuka Al Qur'an, dalam index terdapat surah Al Hadid yang berarti besi. Meninbulkan pertanyaan dalam benak, mengapa justru judul dari surah tersebut adalah Besi, mengapa tidak emas atau berlian dan batu mulia lainnya?. 
Pasti ada sesuatu yang luar biasa dibalik besi tersebut, oleh karenanya dipakai sebagai judul dari salah satu surah didalam Al Qur'an.
Setelah bertanya baik kepada para ulama dan scientist, dan melihat di salah satu channel di TV, mulai terang dalam benak mengenai pertanyaan mengapa besi?.
Para  astronom setuju bahwa material pembentuk mula bumi sangat sedikit atau dapat dikatakan tidak memiliki  unsur besi, hal ini terbukti dari material yang di ambil dari bulan (bulan, menurut kesepakatan para scientist, asalnya adalah sempalan dari bumi sebelum bumi dibombardir oleh meteor/komet yang mengandung banyak unsur besi) sangat sedikit mengandung unsur besi.
Bumi ini, pada awal pembentukannya, dibombardir oleh meteor/komet yang mengandung unsur besi yang banyak, dan setelah melewati proses pemanasan, kemudian besi mencair dan masuk kedalam inti bumi. Oleh karenanya juga, gravitasi bumi menjadi lebih kuat dibandingkan awal pembentukan bumi. 
Kemudian pertanyaan berikutnya dalam benak, setelah pembentukan bumi selesai, banyak sekali di jaman pra sejarah, binatang besar besar, pohon besar besar dan segalanya gigantic. Lalu kemana mereka semua?. Mengapa punah?
Pada jaman pra sejarah, hasil dari penemuan para arkeolog, dan scientist dibidang lain, berpendapat bahwa bumi ini mengalami masa erupsi atau aktivitas gunung berapi yang sangat tinggi, mengeluarkan magma dari perut bumi dengan volume yang banyak. 
Diketahui bahwa magma yang disemburkan dari perut bumi mengandung logam besi yang tinggi. Dan salah seorang scientist Indonesia menemukan bahwa dengan adanya interaksi antara besi, sinar matahari dan bakteri, maka dari proses kimiawi tersebut menghasilkan oksigen yang  sangat bermanfaat  untuk semua mahluk. 
Jadi ada kesalahan mendasar mengenai penghasil oksigen. Yang menghasilkan oksigen adalah besi, bukan dari tumbuh tumbuhan atau pepohonan. Pohon atau tumbuhan berfungsi mendaur ulang CO2 menjadi O2 tetapi yang menghasilkan oksigen dan volume oksigen tersebut menjadi tepat untuk manusia dan mahluk lain adalah besi.
Kembali kepada masa pre historical atau pra sejarah, dalam prosesnya bumi, kadar oksigen saat itu sedikit, oleh karenanya hampir seluruh mahluk baik pepohonan ataupun binatang yang mempunyai aktivitas tinggi berukuran raksasa. Hal tersebut dikarenakan kayanya kandungan oksigen sehingga mahluk seperti dinosaurus dan banyak binatang lain memiliki ukuran tubuh yang luar biasa besarnya atau berukuran raksasa.
Dengan perkembangan waktu, volume oksigen semakin meningkat, maka mahluk mahluk tersebut menyesuaikan diri, atau beradaptasi, sehingga ukuran baik tumbuhan atau binatang tidak seraksasa seperti di jaman prasejarah, karena oksigen sudah berlimpah jadi tidak memerlukan ukuran paru paru atau dimensi anatomi yang besar pula untuk  beraktivitas dan karena adanya seleksi alam maka yang tidak dapat beradaptasi akan punah. Dan oleh sebab itu pula warna lautan kebiru-biruan karena mengandung unsur besi yang tinggi. Dan juga mematahkan salah satu teori Darwin bahwa asal muasal manusia adalah kera.
"…Dan Kami turunkan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia ...." (Al Qur'an, 57:25)
Dari kata "...turunkan...", memang ternyata besi di turunkan dari tempat yang jauh, oleh komet/meteor yang membombardir bumi sehingga bumi memiliki jumlah besi yang cukup untuk menghasilkan oksigen.
Dari ayat " ... bemanfaat bagi manusia...", selain berguna bagi manusia untuk kegunaan lain, ternyata juga karena menghasilkan oksigen dengan volume yang tepat,yang bermanfaat bagi manusia, paling tidak untuk bernafas. Dan karena besi itulah yang menhasilkan gravitasi, maka dengan jumlah besi yang tepat pula maka gaya gravitasi bumi berkisar 10, yang nyaman, tidak terlalu berat dan juga tidak terlalu ringan. Selain itu pula, dengan gravitasi yang tepat pula (karena besi) maka udara terutama O2 dapat dipertahankan di bumi tidak terlepas ke luar angkasa.
Al Qur'an - tiada keraguan didalamnya.
Just thought.... [wahyuprizuardi]

Kenangan: Kesederhanaan Hidayat Nur Wahid


Kisah ini terjadi kurang lebih satu setengah tahun yang lalu (2005). Waktu itu bertepatan dengan bulan Ramadhan di mana umat muslim melaksanakan ibadah puasa. Saya (penulis) sedang mencari-cari buku di Toko Gunung Agung Kwitang, Jakarta Pusat. Saya mencari buku-buku di lantai 2. Setelah buku yang dicari-cari tidak ada, maka saya memutuskan untuk turun ke lantai 1 dan ingin mencari buku yang lain di situ. Ketika saya sedang menuruni tangga lantai 2, pandangan saya tertuju kepada seseorang di kejauhan di lantai 1 dekat rak-rak buku. Seseorang itu begitu menarik pandangan mata saya, karena sepertinya saya mengenal sosok itu. Terlintas dalam pikiran saya, ”Pak Hidayat Nur Wahid? Ketua MPR?”
Tapi saya tidak yakin kalau yang saya lihat itu beliau. Saya tidak yakin karena saya berpikir : ”Masak sich pejabat tinggi, Ketua MPR lagi, jalan-jalan ke toko buku ”cuma sendirian”.” Hal lain yang membuat saya tidak yakin adalah penampilan beliau yang hanya mengenakan baju muslim (koko) dengan bersandal. Kemudian juga sikap pengunjung-pengunjung yang lain, termasuk karyawan-karyawati, bersikap ”biasa” saja dan seolah tidak menunjukkan bahwa tokoh ini adalah Ketua MPR RI. Saya berpikir mungkin mereka tidak begitu mengenal Pak Hidayat, jadi mereka bersikap biasa saja. Mungkin kalau mereka menyadari tokoh tersebut adalah Pak Hidayat, mereka akan ”melayani” secara spesial sebagaimana kalau ada pejabat yang datang langsung disambut. Hal lain pula yang membuat saya tidak yakin kalau tokoh itu Pak Hidayat adalah tidak adanya ”orang-orang khusus” di sekeliling beliau, entah pengawal atau protokolet.
Tapi ketidakyakinan itu semua menjadi terhapus ketika saya coba ”mendekati” beliau. Saat itu beliau tidak mengenakan peci dan baju batik seperti biasanya. Ketika mengamati wajah beliau, saya merasa yakin bahwa tokoh yang ada di depanku ini adalah Pak Hidayat. Ada hal lain yang juga meyakinkan saya, yaitu ada seorang ibu berjilbab rapi yang kemudian mendekati beliau beserta anak-anaknya sambil membawa beberapa barang belanjaan. Oohh, itu isteri dan anak-anak beliau. Kemudian Pak Hidayat dan keluarganya melakukan pembayaran di kasir. Ekspresi sikap penjaga kasir pun terlihat biasa saja, seolah-olah tidak menyadari bahwa orang yang ada di depannya adalah Pak Hidayat, Sang Ketua MPR RI.Terharu sekali saya saat itu, sampai sempat menitikkan air mata. Ternyata masih ada tokoh pemimpin di negeri ini yang demikian bersahaja, sederhana, tidak neko-neko dan low-profile.
Ternyata, pengalaman pribadi saya ini juga sinergis dengan pengalaman beberapa orang yang pernah melihat secara langsung Pak Hidayat di tempat-tempat umum. Sering para penumpang pesawat merasa terkejut ketika melihat Pak Hidayat naik pesawat yang sama di kelas ekonomi. Pak Hidayat juga menolak menggunakan mobil Volvo sebagai kendaraan dinas dari negara. Beliau memilih mengendarai mobil pribadinya sendiri, Toyota Kijang tahun 2002.Pak Hidayat adalah pejabat tinggi yang mau tidur di lantai beralas tikar. Beliau melakukannya setiap kali mengunjungi ibunda di Dusun Kadipaten Lor, Desa Kebondalem Kidul, Kecamatan Prambanan, Klaten Jawa Tengah. ”Mas Nur tidak mau tidur di hotel”, kata Septi Swastani Setyaningsih adik bungsu Pak Hidayat yang memanggil kakaknya Mas Nur itu. Pak Hidayat memilih tidur di rumah sederhana seluas 15 m x 10 m yang ditempati Nyonya Siti Rahayu, 70 tahun, ibunda beliau. Tidak ada pernik kemewahan di dalamnya. Ruang tamu hanya diisi satu meja kursi. Di ruang keluarga hanya ada televisi 14 inchi.
Pak Hidayat, yang hobi bermain sepak bola dan bulu tangkis ini, jelas termasuk orang yang sukses. Kesuksesan yang beliau raih tentunya tidak serta merta datang begitu saja, tapi berkat hasil dari sukses-sukses kecil sejak beliau masih anak-anak. Pria, yang dilahirkan di Klaten 8 April 1960, ini telah menorehkan prestasi-prestasi dan pengalaman organisasi yang luar biasa. Beliau sudah bisa membaca sebelum masuk SD. Setelahnya, buku yang dibaca termasuk karya-karya Khoo Ping Hoo, buku-buku sastra, dan sejarah. Predikat Juara selalu diraihnya ketika masih duduk di bangku SD. Beliau pernah ”nyantri” di Gontor. Kemudian pernah kuliah di IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Setelah itu beliau memperoleh beasiswa melanjutkan studinya ke S-1 Universitas Madinah, Arab Saudi. Gelar S-2 dan S-3 pun beliau peroleh di Universitas yang sama.
Pendidikan keluarga juga turut menempa kepribadian Pak Hidayat. Ketika beliau duduk di kelas III SD, orang tuanya membelikan seekor kambing. Dari waktu Ashar hingga Maghrib, beliau ditugaskan untuk menggembalakan kambing. Dari tugas inilah beliau mengaku mendapat pelajaran banyak hal. Seperti belajar bertanggung jawab mencari rumput, ke mana harus menggembalakan kambing, serta bertanggung jawab agar kambing-kambingnya tidak memakan tanaman petani. ”Ketika sedang menggembala kambing, Nur Wahid juga sering mengajari kami mengaji”, kata Suparman, 45 tahun, kawan SD yang juga teman penggembala Pak Hidayat.Secara keagamaan, latar belakang kehidupan keluarga Nur Wahid sangat mempengaruhi perjalanan hidupnya. Keluarga beliau tergolong sebagai pemuka agama. Kakek dari ibunya merupakan tokoh Muhammadiyah di Prambanan. Ayahnya, H. Muhammad Syukri (almarhum), meski hidup di kultur NU, merupakan salah satu pengurus Muhammadiyyah di Klaten. Ibunya aktivis Aisyiah, organisasi wanita Muhammadiyah. Jadi, Pak Hidayat memiliki latar belakang keluarga dari NU sekaligus Muhammadiyyah.
Itulah sepenggal kisah sukses seorang anak penggembala dari Klaten yang kini menjabat sebagai pemimpin lembaga tinggi RI yaitu Ketua MPR RI. Ternyata masih ada orang-orang yang baik di negeri ini. Masih ada politikus yang memang benar-benar ingin mereformasi negeri ini, dimulai dari moral dulu. Tak heran jika Dr. Purwadi, M.Hum menulis buku khusus tentang Pak Hidayat dengan tajuk ”Sang Ratu Adil” yang seolah-olah menjelaskan bahwa sifat-sifat dan karakter Ratu Adil yang dinantikan dimiliki oleh Pak Hidayat. Sikap sederhana memang terlihat sepele, tapi sikap mental hidup bersahaja ini akan terus menggelinding bak bola salju yang akan terus membesar. Dan akan semakin banyak pejabat dan rakyat Indonesia yang hidup bersahaja. Mudah-mudahan orang-orang baik seperti ini semakin bertambah banyak. Sehingga ketika orang-orang baik itu memegang amanah rakyat, amanah itu akan dipegang dan dijalankan dengan sebaik-baiknya. Dan kita yakin, Indonesia akan makmur dan sejahtera. Salam sukses! INDONESIA LUAR BIASA!!
Sebagian prestasi Hidayat Nur Wahid:
  • Hidayat Nur Wahid (HNW) mensosialisasikan Indonesia sebagai negara mayoritas muslim yang menjalankan demokrasi. Ini mendapat apresiasi dari dubes2 negara asing untuk Indonesia yang bertemu langsung ke Hidayat Nur Wahid.
  • HNW merupakan sosok pimpinan MPR yang konsisten menjalankam ketentuan UUD.
  • HNW menyerahkan “angpau” pernikahannya dengan dr Diana Abbas Thalib, kepada KPK
  • HNW menolak pemberian laptop bagi anggota dewan seharga Rp. 21 Juta
  • HNW menolak cincin kenangan anggota DPR seharga total Rp. 5 Miliar
  • HNW masih menyempatkan melakukan kunjungan kerja sebagai anggota Dewan di Dapil Jakarta Barat dan Jakarta Selatan
  • HNW masih terus ikut rapat paripurna sebagai anggota DPR RI
  • Mendapatkan penghargaan Bintang Mahaputera Adipradana dari Presiden SBY 15 Agustus 2009
  • Mengenai anggaran Ketua MPR, perjalanan dinas dihitung berdasarkan hari kerja dan tidak termasuk hari perjalanan.
  • Laporan keuangan MPR dinilai Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) oleh Badan Pemeriksa Keuangan.
  • Melahirkan hari konstitusi dengan SK Presiden No. 18/ 2008
  • HNW melakukan program penghematan anggaran sebesar Rp. 59,7 milyar.
  • Memprakarsai dan mempopulerkan Sosialisasi UUD 1945 melalui Cerdas Cermat Nasional pada tingkat SMU, mulai dilaksanakan sejak tahun 2008.

[korantempo,gatra,fardhan,yusufh]

Tuesday, June 26, 2012

Sehari Bersama Dr. Hidayat Nur Wahid


Artikel dibawah ini diposting dari koran tempo, saat beliau memimpin, menjabat sebagai Ketua MPR.
-------------
 MEMIMPIN MINUS PENGAWAL
Ia menyemir sepatu sendiri.

Koran Tempo Ia memulai hari dengan bersujud. Bersarung cokelat kotak-kotak, baju koko putih, dan peci hitam, Hidayat Nur Wahid, 48 tahun, ditemani putra bungsunya, Hubaib Shidiq, 9 tahun, keluar dari kamar tidur menuju musala di samping kanan rumah dinasnya. Di musala berukuran 3 x 6 meter itu telah menunggu dua staf pribadi Hidayat yang juga akan salat subuh bersama, pukul 04.45 WIB Rabu lalu. 

Pukul 05.10, seusai salat subuh, Hidayat dan Hubaib beranjak ke lantai 2 rumahnya. 
Di bangunan utama rumah dinas Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat itu terdapat satu kamar tidur utama dan dua kamar tidur anak. Di depan ketiga kamar itu ada ruang berukuran 3 x 4 meter untuk ruang keluarga. Selama 15 menit Hidayat dan Hubaib melantunkan ayat-ayat suci Al-Quran di situ. 

Sejak Kastian Indriawati, 45 tahun, istrinya, meninggal pada 22 Januari lalu, Hidayat menjadi orang tua tunggal bagi Inayah Dzil Izzati (kelas V Pesantren Gontor), Ruzaina (kelas III SMP Pesantren Anyer, Banten), Allaâ 'Khoiri (kelas I Pesantren Gontor), dan Hubaib Shidiq (kelas IV sekolah dasar di Pondok Gede, Bekasi). Di tengah kesibukannya sebagai Ketua MPR, guru, dan anggota Majelis Syuro Partai Keadilan Sejahtera, Hidayat berusaha menyempatkan diri menyiapkan keperluan sekolah Hubaib, satu-satunya anak yang tinggal bersamanya. 

Pukul 05.55, Hidayat melepas Hubaib ke sekolah, diantar sopir keluarga mengendarai mobil pribadi Innova warna hitam. Sejak istrinya tiada, Hidayat ingin selalu melepas, nguntapke, Hubaib berangkat sekolah. 

Pukul 06.00, berkaus putih, celana olahraga panjang hitam, dan sepatu putih, Hidayat menuju lapangan bulu tangkis yang jaraknya sekitar 200 meter dari rumah dinasnya menggunakan mobil pribadi Toyota Kijang LGX warna biru. 
Bersama staf pribadinya dan beberapa staf pribadi menteri di kompleks Widya Candra, pagi itu Hidayat main empat set langsung dengan dua kali istirahat masing-masing lima menit. 

Hidayat selalu bermain cantik di tiap set. Smash dan permainan net menunjukkan kepiawaiannya bermain tepok bulu. Walhasil, pria kelahiran Klaten ini selalu memenangi pertandingan. 

Bulu tangkis adalah hobinya selain sepak bola. Minimal tiap Selasa dan Rabu dia selalu menyempatkan diri memukul shuttle *****. Dia suka badminton sejak remaja. 
Di samping rumah orang tuanya di Kadipaten Lor RT 03 RW 08, Kebondalem Kidul, Prambanan, Klaten, ada lapangan badminton yang biasa dipakai keluarga dan warga sekitarnya. 

Kebiasaan itu diteruskan Hidayat saat 13 tahun belajar di Madinah, Arab Saudi. Bersama teman-teman pelajar dari Indonesia dia membuat lapangan bulu tangkis di samping kontrakan. 

Pukul 07.50, Hidayat menyudahi badminton. Menenteng tas raket, ia berjalan kaki menuju rumah dinasnya. Sesampai di rumah, Hidayat meminta izin kepada Tempo membersihkan diri dan bersiap-siap berangkat ke kantor Dewan Pimpinan Pusat Partai Keadilan Sejahtera di Mampang Prapatan, Jakarta Selatan. 

Dua puluh lima menit kemudian Hidayat ke lantai 2 menuju meja makan yang letaknya di bawah kamar tidur utama. Ruang makan menyatu dengan ruang keluarga, bersebelahan dengan ruang tamu dan ruang rapat. 

Seperti di ruangan lainnya, di ruangan seukuran lapangan bulu tangkis ini tidak ada aksesori yang tergolong mewah. Hanya ada televisi 21 inci dan akuarium berukuran 1 x 0,5 meter yang dihuni seekor ikan arwana. Di dinding tergantung satu lukisan bunga, foto Hidayat bersama para pemimpin MPR, serta foto-foto mendiang istrinya. 

Menu sarapan kali itu nasi uduk, kering tempe, ayam dan telur goreng, sambal, dan kerupuk. Buahnya jeruk dan lengkeng, minumannya jus jambu dan air mineral. Tapi Hidayat hanya mengambil kering tempe, ayam goreng, sambal, dan kerupuk sebagai teman nasi uduk. 

Hidayat agaknya penggemar kerupuk. Sekali makan, lebih dari tiga kali ia merogoh kaleng krupuk dari plastik itu. Ia mengaku tidak punya pantangan jenis makanan tertentu. Tapi masakan tradisional Jawa, seperti pecel, botok, sambal goreng, sayur lodeh, dan tentu saja kerupuk, paling ia gemari. 

Untuk bekerja hari itu Hidayat memilih kemeja batik lengan panjang biru dengan motif kawung putih dan celana hitam. Hidayat jarang mengenakan jas. Dia lebih sering mengenakan batik, kecuali untuk acara kenegaraan yang mewajibkan jas. 

Hidayat mengaku tak punya merek pakaian favorit. Istrinyalah yang biasanya menyediakan pakaiannya. Batik yang ia kenakan hari itu, misalnya, bahannya dibelikan Kastian dan dijahit di Pondok Gede, dekat rumah pribadinya. 

Mendiang Kastian pula yang membelikan jam tangan Tissot yang dikenakan Hidayat, juga telepon seluler Nokia--bukan Communicator. Kastian membelikannya saat berhaji, beberapa hari sebelum meninggal. "Ini kenang-kenangan terakhir almarhumah (istri saya)."

Pukul 09.10, Hidayat bersiap ke kantor PKS. 

Tanpa istrinya, kini Hidayat menyiapkan sendiri semua keperluannya. Memilih baju dan celana sampai menyemir sepatu. Sepatu yang dikenakannya hari itu sepatu Bata hitam yang terletak di samping tangga menuju lantai 2. Sepatu itu sudah tak mengkilap sehingga Hidayat perlu menyemirnya dulu. Ia tidak banyak memiliki koleksi sepatu atau sandal. 

Setelah bersepatu, Hidayat memeriksa semua lampu ruangan. Lampu yang tidak dipakai dimatikannya. 

Pukul 09.25, Hidayat masuk ke mobil Toyota Kijang LGX warna biru menuju kantor DPP PKS. 
Rencananya, pukul 10.00 akan ada deklarasi pencalonan Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Barat. Karena untuk kepentingan partai, Hidayat tak menggunakan Camry, mobil dinas Ketua MPR. Hidayat duduk di kursi belakang. Di depan ada sopir dan ajudannya. 

Meski pejabat negara, Hidayat jarang dikawal dan kerap bepergian tanpa voorrijder. Ia merasa aman dan nyaman tanpa mereka karena merasa tak punya musuh, sehingga tidak khawatir keamanannya terancam. 

Tapi, tanpa voorrijder, ditambah lalu lintas yang kerap macet, perjalanannya jadi lebih lama. Dari Widya Candra menuju Mampang Prapatan pagi itu perlu 30 menit. Di perjalanan, Hidayat sempat menunjukkan tukang potong rambut langganannya. Letaknya di deretan warung Padang dan warung Tegal di pinggir Jalan Mampang Prapatan Raya. 
Sebulan sekali dia potong rambut di situ. "Ongkosnya Rp 9.000 sekali cukur." 

Pukul 10.00, Hidayat tiba di kantor PKS. Deklarasi ditunda karena Presiden PKS Tifatul Sembiring dipastikan datang pukul 10.30. Di situ Hidayat bertemu dengan Ketua Majelis Syura Hilmi Aminuddin, Ketua Dewan Syariah Surahman, serta pengurus PKS Jawa Barat. 

Hidayat belum pernah belajar politik secara formal. Tapi ia lahir dari keluarga aktivis. Kakeknya tokoh Muhammadiyah dan Masyumi di Prambanan, Jawa Tengah. Ibunya aktivis Aisyiyah--organisasi perempuan Muhammadiyah. Dan ayahnya, meski berlatar belakang Nahdlatul Ulama, menjadi pengurus Muhammadiyah. Kastian juga penggiat Ikatan Pelajar Muhammadiyah. 

Hidayat menimba ilmu berorganisasi di Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) cabang Madinah. PPI Madinah adalah salah satu organisasi yang menolak penerapan Pancasila sebagai satu-satunya asas bagi organisasi di masa Orde Baru. Beberapa kali petugas kedutaan dan menteri kabinet Soeharto membujuk agar PPI Madinah mengakui Pancasila sebagai satu-satunya asas organisasi, tapi tak mempan. 

Hidayat kembali ke Indonesia pada 1993 dan mengajar di Institut Agama Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Ciputat, Tangerang. Ketika reformasi bergulir, bersama-sama aktivis muslim ia mendirikan Partai Keadilan. Kini, setelah berganti menjadi Partai Keadilan Sejahtera, partai yang semula hanya menerima anggota dari kalangan Islam itu mulai membuka diri untuk nonmuslim. 

Tapi rekrutmen partainya, kata Hidayat, tetap taat pada jenjang pengkaderan. Untuk menentukan calon di parlemen, PKS akan melihat siapa yang akan diwakili calon itu. Jika penduduk yang akan diwakili mayoritas selain Islam, wakilnya bisa saja dari nonmuslim juga. Hidayat hanya 20 menit berada di kantor PKS. Ia buru-buru menuju gedung MPR/DPR untuk menerima delegasi dari PPI. 

Pukul 11.00, Hidayat tiba di gedung MPR/DPR. Tapi tamu yang ditunggunya dari PPI batal datang. 
Hidayat meneruskan pekerjaan dengan memeriksa beberapa dokumen dan menekennya. 

Pukul 13.00, Hidayat menerima delegasi dari Pacific Countries Social and Economic Solidarity Association Turki. Mereka mencari cara mempererat hubungan Indonesia dengan Turki. 

Pukul 14.00, Hidayat menerima kunjungan rombongan Presiden National Endowment for Democracy Carl Gersham. Carl meminta Indonesia sebagai salah satu negara demokrasi menularkan pengalamannya ke negara-negara di Timur Tengah. Hidayat menolak. Alasannya, "Rusaknya demokrasi di Timur Tengah karena sikap politik Amerika Serikat yang berstandar ganda." 

Ia mencontohkan pemilu di Palestina. 
Khalayak, kata Hidayat, tahu pemilu Palestina sangat demokratis. Tapi karena rayuan Israel, negara-negara Barat termasuk Amerika tidak mengakui hasil pemilu itu. Menurut dia, Timur Tengah akan demokratis jika Amerika demokratis. "Jadi jangan Indonesia diminta mengajarkan demokrasi ke Timur Tengah. Mereka (Timur Tengah) melihat perilaku Amerika sendiri." 

Meski banyak menerima tamu, Hidayat selalu tepat waktu untuk salat. Begitu azan berkumandang, dia bergegas berwudu. Pukul 15.25, Hidayat salat asar. Di ruangannya tersedia perlengkapan salat, termasuk peci yang bagian atasnya sedikit robek. 

Pukul 15.40, Hidayat bersiap-siap kembali ke rumah dinasnya karena pukul 16.30 ia akan menerima Hanung Bramantyo, sutradara film Ayat-ayat Cinta yang lagi populer. 

Pukul 15.45, Hidayat memasuki Camry, mobil dinasnya. Kali ini memang untuk kepentingan tugasnya sebagai Ketua MPR. 
Tapi tetap tanpa voorrijder. Hidayat jarang dikawal voorrijder kecuali kalau ada acara yang mendesak segera didatangi, tak boleh telat, dan lalu lintas macet. 


Untuk acara yang bisa diatur jadwalnya dan tidak mendadak, dia pergi tanpa voorrijder. "Semua tergantung bagaimana kita mengatur waktu saja." Mobil Camry dengan pelat bernomor RI-5 itu pun mengarungi samudra kemacetan bersama mobil-mobil lainnya di Jalan Gatot Subroto, Jakarta Selatan. 

Pukul 16.25, Hidayat sampai di rumah dinasnya. Sepuluh menit berselang, tamu yang ditunggu, Hanung, datang. Hidayat menyambut Hanung di ruang tamu, mengenakan baju putih bermotif kotak-kotak pendek dan celana hitam. Hanung meminta pendapat Hidayat tentang film Ayat-ayat Cinta sekaligus saran untuk film Ahmad Dahlan--pendiri Muhammadiyah--yang akan dibikinnya. 

Meski hanya tiga kali menonton film seumur hidupnya, Hidayat mengkritik beberapa lafal bahasa Arab dalam adegan Ayat-ayat Cinta yang grammar-nya tidak benar. Lokasi shooting yang tidak sesuai dengan kondisi Mesir dikritik. 
Hidayat juga mempertanyakan mengapa Hanung menonjolkan sisi poligami dalam film itu, padahal dalam novelnya tidak. 

Soal rencana membuat film Ahmad Dahlan, Hidayat menyarankan agar dalam film itu juga disinggung soal K.H. Hasyim Ashari, pendiri Nahdlatul Ulama. Menurut Hidayat, keduanya teman yang akrab dan satu guru saat menempuh pendidikan di Madinah. 

Kiai Hasyim dan Ahmad Dahlan, kata Hidayat, satu kapal dalam perjalanan dari Pulau Jawa ke Arab Saudi. Meski berbeda pandangan tentang beberapa hal soal khilafiah, mereka berdua saling menghargai. Hidayat menerima Hanung selama dua jam, hingga pukul 18.35. 

Pukul 18.45, Hidayat berangkat ke Warung Buncit untuk memenuhi undangan peringatan Maulid Nabi di Pesantren Assalafi Daarul Islah, Jalan Buncit Raya. Kali ini dia mengenakan baju koko putih dan celana hitam. Untuk keperluan ini dia menggunakan mobil pribadi Toyota Kijang LGX biru, tanpa pengawal dan voorrijder. 

Akibatnya, dia terjebak kemacetan di Jalan Gatot Subroto, Mampang, dan Buncit Raya. Sejam lebih bertarung dengan kemacetan, Hidayat tiba di lokasi pukul 20.05. Di acara itu Hidayat sempat berceramah selama 30 menit. 

Pukul 21.35, Hidayat kembali ke rumah dinasnya. Perjalanan lancar karena sudah malam. Dua puluh menit kemudian Hidayat sampai di rumah dinasnya. Sebelum tidur pada 23.00, Hidayat membaca semua surat yang masuk dan menutup hari dengan membaca Al-Quran. (Koran Tempo)

Pengolahan Minyak Nabati dari Biji Bintaro

Penggunaan minyak tanah untuk kebutuhan rumah tangga di Indonesia mencapai 54,4% dari konsumsi nasional, sisanya dipasok dari gas, batu bara, dan lainnya (http://www.pustaka-deptan.go.id/publikasi/wr304084.pdf). Jumlah penduduk yang terus bertambah makin melambungkan konsumsi minyak tanah. Untuk mengurangi beban subsidi minyak, pemerintah telah melakukan konversi minyak tanah ke gas LPG yang dimulai sejak tahun 2006. Namun demikian, penggunaan gas elpiji sebagai pengganti minyak tanah sampai saat ini belum dapat menjangkau seluruh masyarakat, khususnya masyarakat yang daerahnya secara infrastruktur terpencil.
Dikuranginya pasokan minyak tanah ini telah mengakibatkan terjadinya kelangkaan minyak tanah pada tingkat harga yang terjangkau, yang sebenarnya masih sangat dibutuhkan oleh masyarakat menengah ke bawah. Meskipun minyak tanah masih tersedia di beberapa daerah, masyarakat terpaksa harus membelinya dengan harga tinggi. Misalnya harga eceran tertinggi (HET) minyak tanah di Pekanbaru Rp 2400 per liter tetapi masyarakat membelinya dengan harga Rp 4500 per liter. Bahkan di beberapa daerah masyarakat membelinya dengan harga Rp 10000 per liter. Hal ini menjadi salah satu sebab masyarakat di Teluk Meranti cenderung untuk kembali menggunakan kayu bakar sebagai bahan bakar pengganti minyak tanah untuk keperluan memasak.
Hal Ini tentu saja membawa dampak buruk untuk kelangsungan kelestarian hutan karena masyarakat kembali tergantung pada hutan sebagai sumber energinya. Sebagai salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan ketersedian bahan bakar khususnya untuk keperluan rumah tangga sehari-hari, penggunaan bahan bakar minyak nabati yang spesifik untuk lokasi tersebut (BBN berorientasi lokasi) dapat dijadikan salah satu solusi untuk menjawab ketergantungan masyarakat bawah terhadap minyak tanah dan kayu bakar.
Sumber BBN ini merupakan minyak yang dapat diperoleh dari berbagai macam sumber seperti kelapa sawit dan kelapa, maupun minyak dari beberapa tanaman yang tidak termasuk dalam komoditas pertanian atau perkebunan. Salah satu tanaman yang mempunyai potensi tinggi untuk dikembangkan dan banyak tumbuh di sekitar Teluk Meranti adalah tanaman bintaro (Cerbera manghas L) dimana tanaman ini menghasilkan buah yang potensial untuk diekstrak minyaknya, terutama dari bagian bijinya. Minyak hasil pengempaan langsung dari biji atau minyak kasar setelah proses dekantasi dapat digunakan untuk pengganti minyak tanah pada kompor yang sudah dimodifikasi sebelumnya.
Tanaman bintaro banyak tumbuh secara alami di lahan rawa di Sumatra tetapi masyarakat belum memanfaatkan tanaman ini karena belum mengetahui manfaatnya. Secara khusus kegiatan yang diusulkan ini adalah memanfaatkan buah bintaro, terutama bagian bijinya untuk diekstrak minyaknya, yang selanjutnya minyak tersebut dapat digunakan sebagai sumber BBN bagi masyarakat. Sedangkan secara umum, dengan adanya kegiatan untuk memanfaatkan buah bintaro sebagai sumber energi lokal bagi masyarakat berlokasi di sekitar rawa/lahan basah ini diharapkan masyarakat nantinya mempunyai aktivitas tambahan untuk melakukan pengolahan minyak nabati dalam rangka memenuhi kebutuhan energinya secara mandiri. Hal ini diharapkan berdampak terhadap pemberdayaan ekonomi secara lokal dan peningkatan pendapatan masyarakat.
Sebagai langkah awal dari kegiatan ini, Dr. Aris Purwanto melakukan kegiatan yang mencakup pengumpulan data teknis minyak bintaro dan proses pengolahannya secara tepat dan disesuaikan dengan kondisi sarana dan prasarana yang tersedia di lokasi, pengembangan disain proses pengolahan dan modifikasi kompor minyak tekan yang tersedia di pasaran.