Sunday, June 10, 2012

Urgensi Pendidikan Terintegrasi


Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: “Berlapang-lapanglah dalam majlis”, Maka lapangkanlah niscaya Alloh akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu”, Maka berdirilah, niscaya Alloh akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Alloh Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.(Al Mujadalah 11)

Berdasarkan penelitian terakhir mengenai kinerja, kapasitas dan  kemampuan otak manusia bahwa otak manusia mampu menerima lebih dari 50 keahlian yang berbeda. Hal ini sebenarnya telah dibuktikan oleh para ilmuwan/ulama terdahulu, seperti contohnya al Ghazali, yang bukan hanya menulis tentang fiqh, agama islam, hadisth dll, tetapi beliau juga menulis dengan sangat briliant tentang ekonomi, sosial dan lain sebagainya. Demikian pula dengan ibnu Sina yang bukan hanya ahli dibidang kedokteran saja tetapi manajemen rumah sakit, kimia, fisika dan lain lain. Dan di penelitian yang lain, para peneliti mengungkapkan bahwa jika seseorang melihat atau menonton film porno, akan mematikan beberapa sel sel di otak manusia setiap kali nya sehingga mengurangi kemampuan otak.

Pendidikan tidak hanya dapat diambil melalui sekolah formal saja, tetapi diberbagai area. Domain lingkungan keluarga, masyarakat sekitar, pengaruh luar seperti budaya diluar komunitas, baik lewat media elektronik ataupun cetak dan media lainnya  akan memberikan kontribusi yang besar dalam membentuk kepribadian, perilaku  dan jenjang sosial seseorang.

Bukan hanya budi pekerti atau tata krama saja, tetapi pendidikan  dalam keluarga sangat berpengaruh kepada anak yang oleh karenanya orang tua dituntut untuk bukan hanya memahami ilmu pengetahuan dunia tetapi juga ilmu akhirat atau agama. Sebab hanya dengan menerapkan pengetahuan yang komprehensif kepada anak akan berdampak positif yang signifikan bagi mereka kelak. Disini peran orang tua dalam membimbing anak sangat penting dan krusial.

Ada kalangan yang beranggapan bahwa cukup hanya mendalami ilmu dunia saja dan tidak perlu agama. Jika dilihat secara holistik, menurut penulis, hal ini hanya mengada ada saja. Banyak sekali contoh dari kisah terdahulu yang hanya dengan mengandalkan ilmu dunia saja tanpa mendalami dan memahami serta mengimplementasikan agama dalam pemikiran, perlilaku dan tindakan sehari hari memberikan dampak yang negatif. Jiwa dan hati terasa hambar, tanpa tujuan yang tepat dan cenderung memberikan dampak negatif bagi diri sendiri dan dunia pada umumnya yang kelak akan menyesal saat menghadapi Pengadilan Terakhir.

Pendidikan yang terintegrasi antara pendidikan umum seperti pendidikan formal dan lingkungan (keluarga. masyakarat sekitar, media) dan pendidikan agama menjadi syarat mutlak untuk menggapai masyarakat yang madaniah dengan komposisi yang seimbang sehingga tidak menimbulkan ekses yang berlebihan di satu komponen saja dengan agama sebagai landasan. Hal ini telah terbukti sejak masa kejayaan islam, ilmu pengetahuan, seni, budaya dan lain lain berkembang sangat pesat, bahkan memberikan kontribusi yang sangat kepada dunia sekarang ini.

Pengaruh negatif selalu jauh lebih cepat mempengaruhi dibandingkan dengan pengaruh yang baik. Oleh karenanya diperlukan tindakan preventif agar dapat mem"filter" pengaruh pengaruh negatif. Tanpa adanya pendidikan, baik pendidikan formal dan pendidikan agama di lingkungan sekitar dan dalam kesehari-hariannya, maka seseorang akan gamang dan mudah dipengaruhi hal hal yang keluar dari norma yang terbaik menurut agama dan lebih berbahaya lagi adalah seringkali perbuatan atau perilaku yang negatif dan merusak dari sudut pandang agama dan budaya dianggap benar dan baik oleh orang tersebut.

Saat ini sudah banyak sekolah sekolah yang memberikan sarana pendidikan yang terintegrasi dan banyak keluarga yang sudah memahami dan menyadari bahwa pendidikan yang terintegrasi sangat diperlukan bukan hanya untuk individu tetapi diharapkan dapat membentuk komunitas terbaik yang akan memberikan kontribusi terbaik kepada agama, keluarga dan negara kelak.

Dalam al-Qur’an kata pendidikan dikenal dengan istilah tarbiyah. Kata ini berasal dari kata rabba, yurabbi yang berarti memelihara, mengatur, mendidik, seperti yang terdapat dalam surat al-Isra’ [17]: 24. Kata tarbiyah berbeda dengan ta’lîm yang secara harfiyah juga memiliki kesamaan makna yaitu mengajar. Akan tetapi, kata ta’lîm lebih kepada arti transfer of knowladge (pemindahan ilmu dari satu pihak kepada pihak lain). Sedangkan tarbiyah tidak hanya memindahkan ilmu dari satu pihak kepada pihak lain, namun juga penanaman nilai-nilai luhur atau akhlâk al-karîmah, serta pembentukan karakter. Oleh karena itulah, Allah swt menyebut dirinya dengan sebutan rabb yang berarti pemelihara dan pendidik.

Untuk itu agama sebagai fondasi dan koridor serta sumber dari segala sumber kreasi dan inovasi yang tidak hanya sebagai sarana menuju akhirat saja melainkan untuk kebaikan dunia dan akhirat yang kemudian di padukan dengan ilmu dunia sehingga ilmu dunia tersebut bermanfaat bagi diri sendiri, keluarga, masyarakan luas, dan seluruh kehidupan di semesta ini.

Kita selalu dituntut untuk selalu memuji rabb dalam segala kondisi, susah atau senang, bahagia atau susah, mandapat ni’mat atau musibah. Sebab, Tidak ada satupun yang datang dari rabb dalam bentuk keburukan. Semuanya bertujuan untuk kebaikan manusia, karena Tuhan adalah Pendidik (rabb). Kalaupun sesuatu itu buruk dalam pandangan manusia, itu hanyalah disebabkan keterbatasan dan ketidakmampuan manusia memahami Tuhan (rabb) secara utuh dan menyeluruh. Tetapi ada saatnya nanti, manusia menyadari bahwa sesuatu yang dulu tidak dia senangi, ternyata Tuhan berikan demi kebaikannya. Wallahu'alam

Islam sangat mementingkan pendidikan. Dengan pendidikan yang benar dan berkualitas, individu-individu yang beradab akan terbentuk yang akhirnya memunculkan kehidupan sosial yang bermoral.

No comments:

Post a Comment