Hai
orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: “Berlapang-lapanglah dalam
majlis”, Maka lapangkanlah niscaya Alloh akan memberi kelapangan untukmu. dan
apabila dikatakan: “Berdirilah kamu”, Maka berdirilah, niscaya Alloh akan
meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi
ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Alloh Maha mengetahui apa yang kamu
kerjakan.(Al Mujadalah 11)
Berdasarkan penelitian
terakhir mengenai kinerja, kapasitas dan kemampuan otak manusia bahwa
otak manusia mampu menerima lebih dari 50 keahlian yang berbeda. Hal ini
sebenarnya telah dibuktikan oleh para ilmuwan/ulama terdahulu, seperti
contohnya al Ghazali, yang bukan hanya menulis tentang fiqh, agama islam,
hadisth dll, tetapi beliau juga menulis dengan sangat briliant tentang ekonomi,
sosial dan lain sebagainya. Demikian pula dengan ibnu Sina yang bukan hanya
ahli dibidang kedokteran saja tetapi manajemen rumah sakit, kimia, fisika dan
lain lain. Dan di penelitian yang lain, para peneliti mengungkapkan bahwa jika
seseorang melihat atau menonton film porno, akan mematikan beberapa sel sel di
otak manusia setiap kali nya sehingga mengurangi kemampuan otak.
Pendidikan tidak hanya
dapat diambil melalui sekolah formal saja, tetapi diberbagai area. Domain
lingkungan keluarga, masyarakat sekitar, pengaruh luar seperti budaya diluar
komunitas, baik lewat media elektronik ataupun cetak dan media lainnya
akan memberikan kontribusi yang besar dalam membentuk kepribadian,
perilaku dan jenjang sosial seseorang.
Bukan hanya budi pekerti
atau tata krama saja, tetapi pendidikan dalam keluarga sangat berpengaruh
kepada anak yang oleh karenanya orang tua dituntut untuk bukan hanya memahami
ilmu pengetahuan dunia tetapi juga ilmu akhirat atau agama. Sebab hanya dengan
menerapkan pengetahuan yang komprehensif kepada anak akan berdampak positif
yang signifikan bagi mereka kelak. Disini peran orang tua dalam membimbing anak
sangat penting dan krusial.
Ada kalangan yang
beranggapan bahwa cukup hanya mendalami ilmu dunia saja dan tidak perlu agama.
Jika dilihat secara holistik, menurut penulis, hal ini hanya mengada ada saja.
Banyak sekali contoh dari kisah terdahulu yang hanya dengan mengandalkan ilmu
dunia saja tanpa mendalami dan memahami serta mengimplementasikan agama dalam
pemikiran, perlilaku dan tindakan sehari hari memberikan dampak yang negatif.
Jiwa dan hati terasa hambar, tanpa tujuan yang tepat dan cenderung memberikan
dampak negatif bagi diri sendiri dan dunia pada umumnya yang kelak akan
menyesal saat menghadapi Pengadilan Terakhir.
Pendidikan yang
terintegrasi antara pendidikan umum seperti pendidikan formal dan lingkungan
(keluarga. masyakarat sekitar, media) dan pendidikan agama menjadi syarat
mutlak untuk menggapai masyarakat yang madaniah dengan komposisi yang seimbang
sehingga tidak menimbulkan ekses yang berlebihan di satu komponen saja dengan
agama sebagai landasan. Hal ini telah terbukti sejak masa kejayaan islam, ilmu
pengetahuan, seni, budaya dan lain lain berkembang sangat pesat, bahkan
memberikan kontribusi yang sangat kepada dunia sekarang ini.
Pengaruh negatif selalu
jauh lebih cepat mempengaruhi dibandingkan dengan pengaruh yang baik. Oleh karenanya
diperlukan tindakan preventif agar dapat mem"filter" pengaruh
pengaruh negatif. Tanpa adanya pendidikan, baik pendidikan formal dan
pendidikan agama di lingkungan sekitar dan dalam kesehari-hariannya, maka
seseorang akan gamang dan mudah dipengaruhi hal hal yang keluar dari norma yang
terbaik menurut agama dan lebih berbahaya lagi adalah seringkali perbuatan atau
perilaku yang negatif dan merusak dari sudut pandang agama dan budaya dianggap
benar dan baik oleh orang tersebut.
Saat ini sudah banyak
sekolah sekolah yang memberikan sarana pendidikan yang terintegrasi dan banyak
keluarga yang sudah memahami dan menyadari bahwa pendidikan yang terintegrasi
sangat diperlukan bukan hanya untuk individu tetapi diharapkan dapat membentuk
komunitas terbaik yang akan memberikan kontribusi terbaik kepada agama,
keluarga dan negara kelak.
Dalam al-Qur’an kata
pendidikan dikenal dengan istilah tarbiyah. Kata ini berasal dari kata rabba,
yurabbi yang berarti memelihara, mengatur, mendidik, seperti yang terdapat dalam
surat al-Isra’ [17]: 24. Kata tarbiyah berbeda dengan ta’lîm yang secara
harfiyah juga memiliki kesamaan makna yaitu mengajar. Akan tetapi, kata ta’lîm
lebih kepada arti transfer of knowladge (pemindahan ilmu dari satu pihak kepada
pihak lain). Sedangkan tarbiyah tidak hanya memindahkan ilmu dari satu pihak
kepada pihak lain, namun juga penanaman nilai-nilai luhur atau akhlâk
al-karîmah, serta pembentukan karakter. Oleh karena itulah, Allah swt menyebut
dirinya dengan sebutan rabb yang berarti pemelihara dan pendidik.
Untuk itu agama sebagai
fondasi dan koridor serta sumber dari segala sumber kreasi dan inovasi yang
tidak hanya sebagai sarana menuju akhirat saja melainkan untuk kebaikan dunia
dan akhirat yang kemudian di padukan dengan ilmu dunia sehingga ilmu dunia
tersebut bermanfaat bagi diri sendiri, keluarga, masyarakan luas, dan seluruh
kehidupan di semesta ini.
Kita selalu dituntut
untuk selalu memuji rabb dalam segala kondisi, susah atau senang, bahagia atau
susah, mandapat ni’mat atau musibah. Sebab, Tidak ada satupun yang datang dari
rabb dalam bentuk keburukan. Semuanya bertujuan untuk kebaikan manusia, karena
Tuhan adalah Pendidik (rabb). Kalaupun sesuatu itu buruk dalam pandangan
manusia, itu hanyalah disebabkan keterbatasan dan ketidakmampuan manusia
memahami Tuhan (rabb) secara utuh dan menyeluruh. Tetapi ada saatnya nanti,
manusia menyadari bahwa sesuatu yang dulu tidak dia senangi, ternyata Tuhan
berikan demi kebaikannya. Wallahu'alam
Islam
sangat mementingkan pendidikan. Dengan pendidikan yang benar dan berkualitas,
individu-individu yang beradab akan terbentuk yang akhirnya memunculkan
kehidupan sosial yang bermoral.
No comments:
Post a Comment