Tuesday, June 26, 2012

Pengolahan Minyak Nabati dari Biji Bintaro

Penggunaan minyak tanah untuk kebutuhan rumah tangga di Indonesia mencapai 54,4% dari konsumsi nasional, sisanya dipasok dari gas, batu bara, dan lainnya (http://www.pustaka-deptan.go.id/publikasi/wr304084.pdf). Jumlah penduduk yang terus bertambah makin melambungkan konsumsi minyak tanah. Untuk mengurangi beban subsidi minyak, pemerintah telah melakukan konversi minyak tanah ke gas LPG yang dimulai sejak tahun 2006. Namun demikian, penggunaan gas elpiji sebagai pengganti minyak tanah sampai saat ini belum dapat menjangkau seluruh masyarakat, khususnya masyarakat yang daerahnya secara infrastruktur terpencil.
Dikuranginya pasokan minyak tanah ini telah mengakibatkan terjadinya kelangkaan minyak tanah pada tingkat harga yang terjangkau, yang sebenarnya masih sangat dibutuhkan oleh masyarakat menengah ke bawah. Meskipun minyak tanah masih tersedia di beberapa daerah, masyarakat terpaksa harus membelinya dengan harga tinggi. Misalnya harga eceran tertinggi (HET) minyak tanah di Pekanbaru Rp 2400 per liter tetapi masyarakat membelinya dengan harga Rp 4500 per liter. Bahkan di beberapa daerah masyarakat membelinya dengan harga Rp 10000 per liter. Hal ini menjadi salah satu sebab masyarakat di Teluk Meranti cenderung untuk kembali menggunakan kayu bakar sebagai bahan bakar pengganti minyak tanah untuk keperluan memasak.
Hal Ini tentu saja membawa dampak buruk untuk kelangsungan kelestarian hutan karena masyarakat kembali tergantung pada hutan sebagai sumber energinya. Sebagai salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan ketersedian bahan bakar khususnya untuk keperluan rumah tangga sehari-hari, penggunaan bahan bakar minyak nabati yang spesifik untuk lokasi tersebut (BBN berorientasi lokasi) dapat dijadikan salah satu solusi untuk menjawab ketergantungan masyarakat bawah terhadap minyak tanah dan kayu bakar.
Sumber BBN ini merupakan minyak yang dapat diperoleh dari berbagai macam sumber seperti kelapa sawit dan kelapa, maupun minyak dari beberapa tanaman yang tidak termasuk dalam komoditas pertanian atau perkebunan. Salah satu tanaman yang mempunyai potensi tinggi untuk dikembangkan dan banyak tumbuh di sekitar Teluk Meranti adalah tanaman bintaro (Cerbera manghas L) dimana tanaman ini menghasilkan buah yang potensial untuk diekstrak minyaknya, terutama dari bagian bijinya. Minyak hasil pengempaan langsung dari biji atau minyak kasar setelah proses dekantasi dapat digunakan untuk pengganti minyak tanah pada kompor yang sudah dimodifikasi sebelumnya.
Tanaman bintaro banyak tumbuh secara alami di lahan rawa di Sumatra tetapi masyarakat belum memanfaatkan tanaman ini karena belum mengetahui manfaatnya. Secara khusus kegiatan yang diusulkan ini adalah memanfaatkan buah bintaro, terutama bagian bijinya untuk diekstrak minyaknya, yang selanjutnya minyak tersebut dapat digunakan sebagai sumber BBN bagi masyarakat. Sedangkan secara umum, dengan adanya kegiatan untuk memanfaatkan buah bintaro sebagai sumber energi lokal bagi masyarakat berlokasi di sekitar rawa/lahan basah ini diharapkan masyarakat nantinya mempunyai aktivitas tambahan untuk melakukan pengolahan minyak nabati dalam rangka memenuhi kebutuhan energinya secara mandiri. Hal ini diharapkan berdampak terhadap pemberdayaan ekonomi secara lokal dan peningkatan pendapatan masyarakat.
Sebagai langkah awal dari kegiatan ini, Dr. Aris Purwanto melakukan kegiatan yang mencakup pengumpulan data teknis minyak bintaro dan proses pengolahannya secara tepat dan disesuaikan dengan kondisi sarana dan prasarana yang tersedia di lokasi, pengembangan disain proses pengolahan dan modifikasi kompor minyak tekan yang tersedia di pasaran.

No comments:

Post a Comment